“What’s in a name?”
Begitu kata kutipan terkenal dalam cerita Romeo & Juliet karangan Shakespeare. Pada saat itu belum ada internet atau blog sih ya, jadi mungkin beliau bisa bilang begitu. Tapi kalau sudah bicara blog atau website, pemilihan nama domain sangatlah penting dan perlu dipikirkan baik-baik. Dalam bagian pertama kita sudah membahas sekilas tentang self-hosted blog. Nah terkait dengan self-hosted blog, kali ini kami ingin berbagi pengalaman seputar pemilihan domain untuk self-hosted blog tersebut.
Berlanjut ke pembahasan soal domain. Apa sih domain itu? Domain adalah alamat kita di internet. Mempermudah orang untuk mengingat alamat situs kita, daripada menghapalkan alamat IP server (bentuknya berupa serangkaian angka) di mana blog kita disimpan.
Sedikit cerita pengalaman kami waktu dulu memilih nama untuk blog ini, saya dan Nike melewati diskusi yang cukup panjang. Mengingat apapun yang kami pilih nantinya akan terus menerus dipakai dan tidak bisa kami ubah lagi, jadi kami mengambil waktu untuk memikirkannya matang-matang. Kami pun menyusun daftar calon nama domain berdasarkan empat hal berikut:
- Mudah diingat
- Mudah dibaca
- Mudah dieja
- Mendeskripsikan isi blog
Sedari awal memang kami ingin memposisikan diri sebagai creative lifestyle blog yang mencakup macam-macam hal yang kami suka. Karena itu kami menghindari kata yang terlalu spesifik seperti “decor” atau “craft” dalam nama domain kami. Kami mencoba mencari nama yang cukup general tapi cukup menggambarkan apa yang ada di dalam konten blog.
Satu saran dari kami, coba siapkan 5-10 pilihan untuk nama domainmu. Jadi kalau nama pertama sudah dipakai orang lain, bisa langsung ngecek ke nama di prioritas kedua, dst. Itu yang terjadi pada kami dulu. Lima nama pertama dalam daftar kami ternyata sudah dipakai. Lalu ketika ingin memakai livingloving.com ternyata sudah dipegang makelar domain (Yes, you heard that right. Kami pun saat itu baru tau ada yang namanya makelar domain). Makelar domain adalah individu/perusahaan yang membeli domain-domain populer sebagai investasi. Biasanya mereka membeli domain yang tersedia dengan harga standar untuk kemudian ditawarkan dengan harga (sangat) mahal di kemudian hari. Anggap saja mirip penjual nomor cantik untuk ponsel.
Pilihan final kami saat itu ada dua: menggunakan livingloving.net, atau living-loving.com. Kami merasa pengucapan “living strip loving dot com” atau “living hyphen loving dot com” terlalu ribet dan rawan salah ketik. So we go for livingloving.net instead. Oh iya, kalau bisa sekalian juga cek akun sosial media untuk nama tersebut. Kami menggunakan livinglovingnet untuk semua akun sosial media agar mudah diingat.
Untuk penjelasan masalah teknisnya, coba simak penjelasan teman kami, Andri Permana, berikut ini.
Boleh dijelaskan sedikit mengenai .com, .net, .cc, .tk, .or.id.?
Nama yang sering kita dengar dan berakhiran .COM, .NET, .ORG, dsb. disebut dengan TLD (Top-level domain). Sementara seperti CO.ID atau OR.ID disebut dengan CTLD (Country top-level domain). TLD itu layaknya nama jalan, dalam suatu kota pasti terdapat satu-dua nama jalan yang dikenal semua orang, jalan yang populer, terletak di tengah kota, mudah diakses karena merupakan pusat bisnis atau pemerintahan misalnya, COM adalah nama jalan yang paling populer. Itulah kenapa banyak yang lebih memilih .COM sebagai nama domainnya, baik untuk blog maupun web site lainnya.
Bagaimana cara mengecek apakah nama domain yang kita incar masih tersedia atau tidak?
Cukup kunjungi salah satu registrar, masukan nama domain yg diinginkan, akan keluar hasilnya apakah domain tersebut tersedia atau tidak. Beberapa registrar populer diantaranya: GoDaddy, Namecheap, Namesilo dan Name.
Apakah domain bisa kita ubah-ubah nantinya?
Domain tidak bisa berubah, opsinya adalah membeli lagi domain yang baru. Jadi kalau blog kita ingin pindah domain berarti tinggal membeli domain baru kemudian memasangkannya di blog yang sudah ada. Tidak perlu mulai ngeblog dari nol lagi.
Apa saja rincian biaya yang perlu dikeluarkan untuk membeli domain?
Kalau domain tersebut belum ada yang punya dan tidak termasuk kedalam domain premium, maka yang diperlukan hanya biaya registrasi saja.
Syarat apa saja yang perlu disiapkan untuk mendaftarkan domain kita?
Untuk pendaftaran TLD yang dibutuhkan untuk registrasi hanya data pribadi pendaftar (nama, alamat, nomor telpon, email). Untuk CTLD biasanya dibutuhkan scan identitas dan legalitas usaha.
Bagaimana step by step mendaftar domain?
Pastikan kita sudah mengantongi nameserver dari jasa penyedia layanan hosting yang kita pakai. Search di registrar yang saya sebutkan di atas, kalau sudah pasti tersedia segera daftarkan domain tersebut. Ikuti alur registrasinya, nanti akan diminta untuk menyediakan nameserver tadi, fungsinya untuk menyambungkan domain dan server di mana blog kita disimpan. Biasanya prosesnya sangat cepat, hampir instan.
Thank you, Andri buat sharingnya. Masih ada 2 bagian lagi yang akan kami bahas untuk blogging series ini terkait layout dan konten. Just wondering, kalau kami mengadakan offline blogging workshop, topik apa yang kira-kira ingin kalian ketahui lebih dalam? ;)
ABOUT ANDRI PERMANA
An all-day freelance for creative based works specialized on identity and web design & development. His portfolio sites includes: livingloving.net, Kedai Hijau dan Gaza Mediterranean. Check out more of his work at andripermana.com.
nianastiti
24 April
Mungkin tentang cara nulis yang enak dibaca, yang alurnya pas gitu Mba, intronya gimana, konten dan endingnya yang enak gimana sama tentang tips perpaduan foto dan konten kata2.. Kadang saya masih sering lupai atau kurang bagus di hal2 dasar itu :)
Design blog juga okee