
Bagi kami, menjadi ibu itu menyenangkan, tapi tricky. Iya tricky karena harus bisa menyeimbangkan waktu antara mengurus anak, keluarga, bersosialisasi, dan memberi waktu untuk diri sendiri. Baik itu wanita karir, ibu rumah tangga, atau ibu yang bekerja dari rumah, menurut kami masing-masing ibu punya kesulitan masing-masing yang harus dihadapi. Saya pribadi suka bingung kalau ada yang nanya “Kamu Full Time Mom apa Working Mom?” Lho? Emang ada Ibu paruh waktu? Rasa-rasanya semua ibu, baik bekerja di kantor maupun mengurus rumah, tetap jadi ibu selama 24 jam setiap hari, kan?
Rabu minggu lalu, saya dan Nike sempat mengobrol bareng Prisya dari Matroishka. Namanya perempuan ya, kalau udah ngobrol segala hal dibahas. Termasuk soal anak, motherhood, dan relationship. Living Loving dan Matroishka punya cerita yang hampir sama. Saya dan Nike sempat bekerja di media sebelum memutuskan resign karena ingin punya waktu lebih banyak dengan anak, lalu bersama-sama memulai Living Loving. Prisya juga sempat bekerja di media cetak sebelum akhirnya berhenti dan mulai membangun Matroishka.
Kami merasa menjalankan bisnis sendiri itu cukup menantang. Kelebihannya adalah bisa mengatur load kerjaan sendiri menyesuaikan agenda pribadi seperti acara keluarga atau aktivitas sekolah anak. Tapi kita juga harus bisa disiplin sama diri sendiri dan lebih aktif mencari cara mengembangkan usaha. Apalagi di 2016 ini saya dan Nike ingin lebih mengembangkan Living Loving dan bisa kerjasama dengan lebih banyak pihak.
Tapi tetap saja peran utama kami kan sebagai istri dan ibu. Kami ingin bisa memantau perkembangan anak-anak. Memang agak tricky menjaga agar kerjaan tetap bisa dipegang sambil tetap keep up with our families. Akhirnya kami berdua sepakat untuk mengatur “hari kerja” kami yang rutin hanya 3 hari seminggu. Sisanya adalah waktu bersama anak, jalan-jalan dengan keluarga, atau bertemu teman.
Karena “ngantor”nya cuma seminggu tiga kali, semua urusan pekerjaan dimaksimalkan di tiga hari tersebut. Baik untuk meeting di studio, bertemu dengan partner atau klien juga jadwal pemotretan produk, project DIY hingga shooting video.
Nah biar memudahkan, kami selalu memilih pakaian yang nyaman dan simpel. Karena agenda yang padat, jadinya kami nggak terlalu banyak “bermain” untuk soal pakaian. pakaian. Pada dasarnya, kami memang bukan tipe perempuan yang suka eksperimen fesyen, sih. Nah Prisya merekomendasikan beberapa baju koleksi Matroishka. Awalnya saya dan Nike berpikir baju di Matroishka itu cuma baju untuk ibu hamil dan menyusui. Ternyata bajunya tetap bisa kami pakai. Prisya bilang dia memang membuat konsep Matroishka sebagai “one stop shopping for moms”. Jadi bukan hanya ditujukan untuk wanita hamil saja.
Kami berdua suka dengan gaya desain Matroishka yang simpel namun tetap manis. Sebagai ibu dari dua anak, Prisya juga tahu gimana kita harus bisa juggling antara tanggung jawab sebagai istri, ibu, dan wirausaha. Tentu maunya baju yang nggak ribet tapi tetap modis. Karena itu koleksi Matroishka punya konsep timeless, klasik, dan bisa dipakai siapapun yang menginginkan ‘comfortable dressing. Selain itu, baju-bajunya juga gampang banget dipadupadankan. Ini penting, karena setiap pagi kami cuma punya waktu singkat untuk milih baju dan dandan. Kalau bisa semuanya dilakukan kurang dari 15 menit.
Saya sendiri suka banget dengan faktor bahannya yang adem dan nyaman dipakai. Karena pakai kerudung, saya selalu cari baju lengan panjang yang bahannya nyaman, cukup tipis tapi tidak transparan. Apalagi cuaca Jakarta lagi super panas gini jadi saya suka malas pakai manset.
Kalau Nike sih langsung menjatuhkan pilihan ke atasan bahan kaos motif stripes warna hitam-putih (ini Nike banget!). Pilihan warnanya juga sesuai dengan seleranya yang nggak jauh-jauh dari warna netral. Menurut Nike, semua atasan Matroishka bisa dipadukan dengan bawahan putih, hitam, abu-abu atau beige. Dibantu Prisya, Nike juga menjajal make up kit yang praktis untuk sehari-hari. Kebetulan di Matroishka sendiri, selain konten utamanya yang berupa produk fashion, Ada juga kategori Mother Needs yang bervariasi (seperti beauty and health products), serta Baby Needs (pakaian, selimut, atau nursing covers).
Jadi, kerepotan menjadi Ibu itu bisa kok dikurangi dengan belajar membuat prioritas. Termasuk urusan tampilan. Jangan sampai kita menghabiskan setengah jam sendiri hanya untuk mikirin pakai baju apa hari ini. Berpenampilan baik nggak berarti ribet, kok. Pilih pakaian yang nyaman buat kita, baik dari segi bahan maupun saat memakainya. Go for neutral colored shoes and bag. Sekarang ini udah banyak banget pilihan tas dan sepatu flat yang keren dan versatile.
Kami bertiga, Saya, Nike, dan Prisya sadar sulitnya masa-masa early motherhood. Tapi menurut kami, menjadi Ibu bukan berarti kehilangan jati diri. Bahkan jangan sampai kehilangan faktor yang satu itu. Karena menjadi diri sendiri itu juga bagian penting dalam menjalankan peran sebagai Ibu. If we know who we are, and truly blessed with what we have, we’ll enjoy every single day as a mom, a wife, a worker, or anything. So, let’s celebrate motherhood by being you!
*Photos by our young and so talented friend, Fransisca Angela. Thank you, girl!
Andin
Halo! Suka sekali kata-kata di bagian paragraf terakhirnya! Rasanya penyemangat banget buat keadaanku sekarang. Thanks! :*