Masih dalam suasana 17-an, jadi saya mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan! Setiap menjelang 17-an, pasti di sekitar kita selain membahas tentang arti merdeka juga sering membahas tentang isu “perbedaan namun tetap satu”. Mungkin ini karena fakta bahwa negeri kita memang sungguh beragam. Tapi saya bukan ingin bicara soal keberagaman Indonesia. Saya ingin memulainya dari format yang paling dekat, hubungan saya dengan pasangan.
Pasangan ini bisa macam-macam loh, ya. Pasangan hidup, pasangan kerja, pasangan main, dan sebagainya. Saya mau membahas tentang pasangan kerja (dulu), deh. Hampir semua media saat mewawancara saya dan Miranti melemparkan pertanyaan yang sama, “Kalian pernah berantem nggak, sih?”, atau, “Apa yang bikin kalian kompak?”. Entah apa ekspektasi di balik pertanyaan tersebut tapi jujur saya dan Miranti kadang bingung juga menjawabnya.
Biasanya kami akan mulai ngelantur dengan cerita tentang betapa berbedanya kami berdua. Dari mulai sifat, selera, minat, cara pandang, pokoknya beda banget. Semakin lama bersama semakin sadar kalau ya kami berdua itu memang bedanya pake banget. Hahaha. Kita kupas aja, ya. Sifat. Mungkin secara garis besar dan supaya bisa gampang dibayangkan, saya itu Virgo, Mamir itu Aries. Masih nggak menjelaskan juga, ya? Ya iya sih, nggak semua orang punya minat dengan zodiak. Sama kayak saya dan Mamir. Saya cukup minat dengan urusan zodiak dan gimana itu menggambarkan sifat seseorang secara garis besar. Mamir itu nggak terlalu merhatiin hal-hal seperti ini. Virgo itu (katanya) perfeksionis, pemikir, teratur, tegas, dan sebagainya. Belum lagi dengan golongan darah saya yang A yang katanya disiplin, serius, dan sebagainya. Jadi ya kayaknya tegang banget hidupnya. Sementara Aries itu suka hal-hal baru, keras kepala, dan sebagainya. Golongan darah Mamir itu B, ini kebalikan banget sama A..santai, kreatif, pokoknya kalau udah dipancing dengan satu ide sukanya ngulik.
Itu baru urusan zodiak sama golongan darah. Belum soal selera. Mamir dan dunia Korea-nya, saya yang bahkan sempat diprotes karena mengira Meteor Garden itu serial Korea *Please, jangan bantai aku. Saya dan hobi nonton filmnya, dan suka terlalu serius menanggapi film. Mamir yang melihat film sebagai sarana hiburan, bukan sesuatu yang justru bikin kita jadi harus mikir apalagi terbawa perasaan setelah nonton. Saya yang emosinya suka naik turun, Mamir yang lempeng dan entah kenapa selalu bisa menghadapi saya yang memang suka moody ini. *puk puk Mamir*.
Nah, itu cuma secuil dari perbedaan kami. Kalau mau dibahas bisa ngabisin waktu berjam-jam. Tapi ya kami memang berteman sejak 2001. Menjadi teman kerja satu tim di tahun 2007-2009, dan menjadi partner kerja lagi sejak 2012. Saya yakin kalau saya dan Mamir hanya melihat perbedaan antara kami saja, mungkin kami sudah nggak kerja bareng lagi. Saya dan Mamir bisa terus jalan hingga sekarang karena kami memilih buat melakukannya bersama.
Sama seperti konteks hubungan suami istri. Kalau mau dibahas perbedaannya tentu nggak akan pernah tuntas. Apalagi bahas negatifnya. Itu hal yang paling mudah dilakukan sampai rasanya nggak perlu usaha. Tapi saat kita sudah memutuskan untuk bersama, kecuali kalau ternyata ada hal-hal yang ternyata membuat hubungan bagaimanapun harus berakhir, rasanya hanya cara pandang kita yang perlu diubah. Ini memang bukan sesuatu yang mudah, tapi juga sebenarnya nggak serumit itu.
Setiap orang pasti punya ekspektasi. Namun saat konteksnya adalah hubungan dengan orang lain, saya pun perlu saya pikirkan lagi..rasakan lagi..ekspektasi yang muncul ini untuk diri saya sendiri atau untuk kebaikan bersama? Bersikap subjektif itu gampang banget. Rasanya itu kayak udah jadi sifat dasar manusia. Sementara yang namanya hubungan kan nggak hanya tentang satu orang. Jadi, gimana caranya masing-masing pihak berusaha buat memperbaiki dan mengembangkan dirinya buat bersama. Mungkin terdengar klise, tapi setelah menjalaninya..meski usia perjalanan Living Loving masih singkat yah..rasanya itu yang bikin kami bareng sampai detik ini.
Dengan memahami kalau saya dalam situasi “We’re in this together“, sekesel dan bete apapun kondisinya..akhirnya ya kembali mikir solusi. Nggak berlarut-larut mikirin dan ngerasain, dan kembali ingat tujuan awal yang bikin kami mutusin buat jalan bareng.
Terdengar seperti ngomongin hubungan pacaran atau pernikahan, ya? Well, menurut saya sih memang banyak kesamaannya. Urusannya bukan soal mengalah lagi, karena kalau masih bicara soal mengalah..berarti isunya masih soal ego. And in this case, we gotta learn to understand that there is something way bigger than our ego.
Buat yang punya partner kerja dan bisa memahami apa yang saya curhatin di sini, pasti mengerti juga kalau ternyata punya pasangan kerja itu bikin kita lebih cepat berkembang. Baik secara personal maupun bisnis. Pasti mengerti kalau perbedaan bukan isu yang perlu dilihat secara negatif, tapi justru sebaliknya. Perbedaan membuat kita saling mengisi.
Perjalanannya mungkin sungguh berliku dan melelahkan. Tapi akhirnya bikin kita sadar kalau keputusan untuk berjalan bersama itu ternyata bisa bikin kita jadi lebih dari yang kita bayangkan sebelumnya.
Jadi, pernah berantem nggak sih? Jujur, hingga saat ini seribet apapun situasinya kami nggak pernah melihatnya sebagai berantem. *tapi mungkin bisa coba cross check ke Mamir supaya valid, haha.
Saya selama ini berdoa saja semoga keputusan buat (bekerja dan berkembang) bersama Mamir akan terus tumbuh dan berjalan, dan apa yang kami lakukan nggak hanya bermanfaat untuk berdua tapi juga lebih banyak orang lagi. Sesederhana apapun.
Selamat berakhir pekan, teman-teman. Ngopi dulu, yuk. Xx
.n.
yudhi puspa tia
18 August
ish sukak banget tulisannya nike laff! sepertinya sifatku hampir sama seperti Mamir karena aku jg aries (hehe) anw membaca ini terasa sekali hati jadi hangat, terus menginspirasi ya kalian berdua *mwah!