
Beberapa tahun yang lalu waktu saya baru mulai kenal dengan pola hidup minimalis dan declutter, rasanya super excited banget! Ya gimana nggak, ya? Rasanya seperti diiming-imingi mimpi. Mimpi untuk nggak ribet beres-beres dan bersih-bersih, punya hidup yang lebih sederhana dan merasa cukup ditengah lingkungan yang makin konsumtif, merasa lebih nyaman dirumah, lebih pintar mengatur finansial dan energi untuk hal yang lebih bermanfaat. Juga mimpi untuk hidup lebih sustainable dan beretika sama alam. Rasanya langsung segera mutusin untuk mulai decluttering. sampai pertanyaan berikutnya adalah…. harus mulai dari mana ya gue?
Biasanya setelah ada niatan untuk membereskan dan merapikan rumah, yang menjadi kendala selanjutnya adalah bagaimana cara memulainya. Karena kadang alih-alih bingung cara mulainya, niat untuk merapikan rumah sering kali mentok jadi wacana lagi. Menurut saya sih, nggak ada satu cara yang paling benar untuk memulai decluttering. Rata-rata setiap orang punya cara dan pendekatannya masing-masing, tapi hati-hati karena hal ini jugalah yang biasanya menjebak untuk kembali menjadi clutter.
Untuk saya yang sebetulnya bukan seorang maksimalis dan nggak clutter-clutter amat saja decluttering itu adalah hal yang tricky banget. Saking tricky-nya, beberapa temanku yang pernah nyobain decluttering juga sampai merasa overwhelmed. Kalau nggak pinter-pinter atur strategi bisa gagal di tengah jalan atau malah jadinya seperti beres-beres rumah biasa saja, besok-besoknya kembali penuh lagi rumahnya.
Sekarang ini ada lumayan banyak metoda yang populer untuk decluttering, ada baiknya juga kalau mau baca-baca dulu untuk membandingkan baik-buruknya dan cari yang paling sesuai dengan personalitas kita:
- KonMari method by Marie Kondo (pengarang buku The Life Changing Magic of Tidying Up)
Tidying is a special event, don’t do it every day. Konmari menjelaskan bahwa ada 2 macam bentuk kegiatan beres-beres. Daily tidying (mengembalikan barang yang dipakai ke tempat semula) dan special event tidying. Decluttering masuk ke dalam special event tidying yang tentu keberhasilannya akan mempengaruhi frekuensi beres-beres kita selanjutnya. Jadi kalau kita rutin mengikuti langkah-langkahnya, kita nggak perlu sering-sering melakukannya. Menurut Konmari, proses ini mesti dimulai dengan membuang apa yang tidak diperlukan.
Mins game ini metode yang setiap harinya diharuskan untuk melepaskan barang, hari kedua melepaskan 2 barang dan seterusnya. Terkenal dijadikan tantangan di media sosial seperti Instagram. Biasanya kita merasa nggak yakin untuk bisa ngelepasin barang-barang. Tapi, kalau dikemas dalam bentuk challenge dan di tag teman-teman, pressure untuk decluttering barang mungkin bisa berkurang juga. Kalian bisa cek #minsgame untuk melihat orang-orang yang sudah melakukan tantangan ini.
Metode ini mengambil pendekatan dimana kita membayangkan saat mau pindahan dan pastinya hanya membawa barang yang penting saja. Selain itu, membuat kita lebih peka atau aware juga terhadap barang-barang yang nggak terlalu kita perlukan dalam keseharian kita.
Menurut saya, ini adalah salah satu cara konvensional yang termudah. Dengan menyiapkan 4 box untuk barang yang akan dibuang, berikan, simpan, atau alokasikan. Setelah itu, memutuskan setiap barang yang ada untuk dimasukkan ke dalam box yang mana. Metode ini dilakukan di setiap zona ruang dengan peraturan yang sama.
Beberapa tahun yang lalu sebelum akhirnya memulai declutter dan mempertahankan pola hidup ini sampai sekarang (eh, tapi saya bukan seorang minimalis ya, cuma menerapkan hal-hal yang bisa diterapin saja), saya coba baca beberapa artikel dan berbagai metode dulu. Supaya ada alternatif kalau sudah mentok. Contohnya, metode untuk menyingkirkan semua barang dalam satu waktu bisa jadi cara yang tepat untuk beberapa orang. Tapi, banyak juga diantara kita nggak mampu memulai dengan cara itu. Atau bahkan karena terlalu terburu-buru bahkan kita bisa lupa untuk mengganti pola pikir kita. Jadi setelah rumah rapi dan kosong, kita bisa lagi terjebak dengan pola yang lama.
Beberapa orang kadang butuh pendekatan yang lebih pelan, walaupun nggak banyak juga yang akhirnya terjebak jadi selooow banget. Hehehe… Ada beberapa tips yang dulu membantu saya waktu akhirnya memutuskan untuk mulai decluttering:
1. Siapkan waktu dan mental
Sebetulnya kalau soal waktu sih, tergantung dari sebanyak apa barang kita dan sefokus apa kita mengerjakannya. Tapi soal mental ini memang mesti diseriusin, harus kuat! Apalagi kalau kamu tipe orang yang gampang terdistraksi seperti saya, untuk membereskan satu zona saja bisa menghabiskan banyak waktu. Keburu capek atau malah hilang fokus, haha… Menurut saya penting banget untuk kita sadar bahwa proses cluttering ini akibat akumulasi berhari-hari bahkan mungkin bertahun-tahun. Karena itu, decluttering pun membutuhkan proses yang cukup panjang.
2. Komunikasikan pada anggota keluarga yang lain
Lebih bagus kalau mereka bisa mendukung dan bantu juga. Tapi kalau nggak, ya aksi decluttering ini harus dikomunikasikan dengan jelas. Apalagi anggota keluarga ini juga tinggal dan beraktivitas di rumah. Jadi kemungkinan besar, decluttering ini juga akan berpengaruh dengan keseharian semua anggota keluarga.
3. Fokus dan pilih mau dimulai berdasarkan ruangan atau zona yang mana
Kalau berdasarkan metodenya KonMari, dia lebih menyarankan untuk memulai berdasarkan zona. Misalnya, zona pakaian, aksesoris, zona kertas atau dokumen, dan seterusnya. Tapi tentu saja kamu boleh membandingkan dengan metode yang lain.
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan seperti box, trashbag atau container
Gunanya untuk memisahkan barang yang mau dibuang, di-recycle, direparasi, didonasikan atau mau disimpan di zona atau ruangan yang lain. Oh iya, box atau container ini nggak perlu bersifat baru ya! Cukup pakai yang ada saja karena sifatnya toh hanya sementara.
5. Mulailah dari yang termudah
Setiap orang punya zona yang berbeda-beda dalam menilai mana yang termudah dan tersulit. Saya biasanya melihat yang termudah adalah barang yang paling punya sejarah atau nilai sentimentil yang rendah. Misalnya, lemari baju. Singkirkan baju-baju yang tidak terpakai. Ingat bahwa selalu ada opsi untuk mendonasi, recycle atau upcycle sebelum benar-benar membuangnya. Keberhasilan pertama men-declutter ini juga bisa memotivasi untuk rutin melaksanakannya lagi.
6. Jangan menambah barang sampai semua proses decluttering selesai
Nggak semua orang dapat menyelesaikan proses decluttering dalam satu hari. Beberapa ada yang membutuhkan lebih dari itu, bahkan ada pula yang hanya mampu memberikan waktu untuk decluttering beberapa jam dalam seminggu. Cara terbaiknya adalah jangan menambah barang dulu sampai semua proses decluttering selesai. Oh iya, barang yang dimaksud juga termasuk box yang saya sebutkan di atas.
7. Siapkan pertanyaan yang tepat
Ketika dihadapkan dengan kebingungan terhadap benda yang akan disimpan atau disingkirkan, semua yang sudah membaca buku Marie Kondo pasti ingat dengan pertanyaan “Does this spark joy?”. Sayangnya, pertanyaan itu kurang mempan untuk saya. Menurut saya, kita harus mencari pertanyaan yang paling tepat untuk masing-masing diri kita sendiri. Misalnya, “Butuh nggak, ya?”, “Masih cukup nggak ya?”, “Masih akan dipakai nggak, ya?” atau kalau sudah mendekati kadaluarsa “Masih cukup nggak, ya tenggat waktu untuk mengonsumsinya?”
8. Simpan semua pada tempatnya
Salah satu hal yang penting dan membuat kita nggak cluttering lagi adalah menyediakan wadah untuk setiap barang yang kita simpan. Kalau favorit saya sih pakai box dan jar lama. Alternatif untuk memaksimalkan barang yang ada adalah salah satu bentuk meminimalkan pemikiran konsumtif untuk membeli barang baru. Dan kalaupun memang harus beli, nanti akan ada di langkah selanjutnya setelah decluttering, yaitu tahap organizing.
Nggak ada salahnya juga lho, untuk meminta bantuan dari teman-teman kamu yang mungkin sudah menerapkan rutinitas ini di dalam kesehariannya. Karena selalu menjadi menyenangkan saat ada orang lain yang mengalami apa yang kamu rasakan. Bukan berarti minta bantuan dalam artinya minta diberesin, ya… Kita tetap akan melakukan decluttering sendiri. Bantuan bisa berupa pengawasan dari teman yang sudah berhasil melalui tantangan ini.
Saya pun sangat terbuka untuk berdiskusi pada kotak komentar di bawah artikel ini. Apabila kalian ada pertanyaan mengenai proses decluttering dan masih bingung untuk memulainya. Beberapa diantara kalian mungkin punya keterbatasan waktu dan tenaga untuk mengerjakan hal ini. Semoga saya bisa membantu mempermudah prosesnya!
Foto milik:
1. Declutter
Camia Camira
2. The minimalist game
www.mamansorganise.com
3. Set of cosmetics
Muty
*Ilustrasi oleh Puty Puar. 28 tahun. Mantan penjaga sumur pengeboran, ilustrator, dan penulis lepas yang juga merintis label ‘Fat Bunny’. Ibu satu anak. Penyuka makanan dengan saos kacang. Blognya bisa diakses di byputy.com.
Comments
Dini
sama mom, akoh jg gitu baru mo gerak dikit c bayi nemplok,, dan penyakit sayang buang barang itu bikin rumahku penuh sama barang yg entah kapan bakal dipakai,,
susahrapi
gimana caranya supaya gak rebound ? ?
waktu pindahan udah sekalian decluttering, tapi sampe di sini kok berantakan lagi? ?Firda
Wah, awam dengan istilah ini. Dan ternyata aku udah mulai terbiasa nglakuin itu dirumah kecilku. Kendala nya di komunikasi , iya emang bener sih, ketika orang tua dateng kerumah / kakak, suka sembarangan ngerubah susunan barang yg udah pas diorganize. Jadi kayanya solusi kedepan blajar bikin info visual yg lebih menarik kalo ini box tempatnya apa, ini corner buat apa aja
Hahaha
Tulisannya bagus kak! Mengedukasi ;)Nury
Menarik sekali artikelnya ♥️ Sebenarnya ga pernah dengar 2 metode lainnya di artikel di atas selain Konmari, selama ini udah merasa cocok banget sama Konmari. Dan memang iya ya, hidup clutter-free itu bikin pikiran lebih damai, entah kenapa di aku ngaruh banget. Bersih-bersih juga jadi gampang dan aku merasa menemukan jati diri mengenai preferensi apa yg aku benar-benar suka, yang nyaman dipakai, dilihat dan efeknya juga lebih less consumptive ga mudah tergoda barang sale ? Karena bakal mikir “wah sale ini, ah tapi ga sesuai sama tema rumah aku dan lagian aku udah punya barang dengan punya fungsi sama”. Been doing this for months and it feels so good at home ♥️
Anggi
Thank you kak atit sudah berbagi. Kemarin aku jg habis beres2 kamar kosan, mulai dari bagi2 tas dan pouch ke temen2, menseleksi baju yg udah jarang dipakai, ngejualin skincare yg ga cocok :)) and my room is way better now, lebih ringkas dan rapih hehe. Prinsip “kalau beli baju baru, harus ada baju yg dibuang/dikasih orang” cukup menarik. Semoga bisa nerapin juga hehe
Muna
Fiuuuhhh, setelah memahami diri gw tuh penyampah, suka nimbun brg. Peer banged nih bebenah sortir brg..
myfloya
kesulitan aku tuh declutter pada barang-barang yang ukurannya besar. Misalnya lemari, rak majalah, yang sebenarnya masih berfungsi dengan baik tetapi aku sudah nggak suka lagi dan menuh-menuhin kamar aja.. bingung, mau dijual atau gimana :”
Sarah
Paling susah itu declutter baju sama buku sama printilan2 sentimental. Dan juga kadang bingung dan sayang kalo harus dibuang gitu aja kalo mau disumbangin bingung juga kemana(takutnya barangnya dinilai kurang layak untuk disumbangin etc) adakah mungkin link khusus tempat2 yg bisa nerima hasil declutter kita dan membuatnya jd berguna? (Entah untuk direcycle atau upcycle atau apaa gitu)?
Hanifa
Pengen mulai decluttering lagi setelah baca tulisan ini. Kali ini bakal ajak orang tuaku yang SUSAH BANGET diajak decluttering. Rumah jadi kerasa sumpek. Padahal aslinya nggak sempit2 amat.
Julssssss
Hai mba.. nice artikelnya… saya kemaren sudah beres2 bagian lemari utk saya sendiri, tinggal punya suami. Memang benar ya ga bisa langsung brek gitu. Satu2..
Tapi.. kenapa ya hal ini suliiiit sangat sulit utk orang tua saya.. ga mau melepas.. sukanya disimpen, dan rumah jadi banyak barang. Contohnya aja ada water heater udh puluhan taun ga dipake tapi ttp disimpen, dan masih banyak yg lainnya.. challenging bgt kali ya buat orang tua utk melepas barang.. mohon solusinya jika berkenan..ani
thx kak atiit ? doakan saya berhsl..mumpung lg prepare pindahan nich..tp rumah lama tumpukan brgnya msh wow..bingung hrs prioritaskan mana dulu..klo box karton polos big size gitu cari dmana ya..biar enak ditulisin jd jlas..biasanya suka nemu yg bekas box rokok itu kan ada gambarnya.
alavyashofa
Impian aku banget buat punya rumah yang minima usaha untuk beres-beresnya, tapi selalu nyaman dan bahagia. paling bingung kalo decluttering soft files: foto, video, ya di handphone ya di laptop. Gimana, ya? Dapet inspirasi soal macam-macam decluttering di atas, tapi masih bingung harus nyimpennya dimana. Kalo Teh Atit gimana soal soft files ini? Thx :)
emilda noviansari
menarik banget. Bismillah mau coba ah. *yg plg sulit mungkin menyingkirkan stok benang rajut yg malah nambah lagi dan lagi.. ahaha..tengkyuu
Gaby
Hai Kak Atit. Thanks infonya bermanfaat sekali. Ada rencana untuk bikin workshop ini lagi kah? biasanya awal tahun itu kan waktunya orang-orang bikin resolusi, aku juga termasuk. Pengen sekali ikut workshop seperti ini.
Nike Prima
Hai, Gaby. Aku wakilin Atit untuk menjawab, yah. Dalam waktu dekat belum ada rencana workshop dengan Atit untuk topik ini, kecuali di Bandung weekend ini untuk membahas ‘Design Your Home’. Tapi jangan khawatir, kami juga sedang menyusun rencana untuk workshop organizing bersama Atit yang akan dilakukan paling cepat pertengahan tahun ini. Nggak bisa lebih cepat karena kebetulan Atit dan suami sedang menati kelahiran anak pertama. :) Thanks again, Gaby.
Enny Law
Impianku bgt nata rumah tp msh ada bayi yg nempel mulu, gerak dikit ditangisi, puyeng pala barbi.
Tapi aku pny masalah, sayang buat nyebuang sesuatu krn tkt nanti butuh. Penyaki bgt ini