
Saat bicara soal renovasi rumah, topik utama yang sering muncul adalah dana yang terbatas. Akhirnya tantangan ini dijawab dengan berbagai pilihan solusi. Salah satunya adalah dengan penerapan konsep open-plan. Konsep ini cukup umum digunakan para arsitek, dan kali ini Tia akan mengupasnya. Siapa tau bisa menjadi salah satu jalan keluarmu dalam mengakali budget renovasi.
Pengertian open-plan ini mengacu kepada sebuah rumah atau kantor yang ruang-ruang umumnya atau sering dipakai bersama-sama nggak pakai dinding yang bersifat permanen. Jadi, fungsi tiap area dalam ruangannya bisa kamu maksimalin dan fleksibel penggunaannya sesuai kebutuhan.
Dari sisi estetika, konsep open-plan ini ciri-cirinya punya aliran udara, cahaya dan juga sirkulasi yang lebih bebas mengalir karena nggak terhalang dinding. Oya, meski judul open-plan, bukan berarti seluruh ruangan dalam rumah nggak ada dinding lho, yah. Untuk ruang-ruang yang sifatnya lebih privat seperti kamar tidur dan kamar mandi, tetap menggunakan dinding. Kecuali kamu orangnya memang “terbuka” banget. Ehem.
Nah, ruang apa aja sih yang bisa digabungkan dalam konsep open-plan? Umumnya bersifat publik dengan aktivitas yang hampir sama atau saling berhubungan, misalnya:
- Dapur – Ruang makan. Meskipun berbeda fungsi, dapur dan ruang makan adalah ruang yang umum disatukan melalui konsep ini karena kegiatannya yang berhubungan. Sebuah meja dapur atau kitchen island bisa menjadi pemisah kedua ruang ini.
- Ruang makan – Ruang keluarga. Ruang makan dan ruang keluarga juga termasuk umum kalau disatukan dalam satu ruang yang besar. Untuk membedakannya, biasanya terlihat dari pengelompokan furnitur sesuai fungsinya. Contohnya sofa dan karpet yang sering kamu temui di area keluarga, sedangkan di area makan ada meja dan kursi makannya. Pembagian area seperti ini bisa kamu lihat di rumah pasangan Anggi + Agit.
- Dapur – Ruang makan – Ruang keluarga. Bisa juga lho, menggabungkan tiga ruang sekaligus. Pembagiannya selain dengan pengelompokan tipe furnitur, bisa juga ditentukan dengan memberikan perbedaan pada lantai. Misalnya level lantainya berbeda, atau warna/material yang berbeda. Oya, tekstur pada dinding atau plafon juga bisa memberi efek pembagian ruang. Contohnya bisa dilihat di rumah Yanuar + Pepy, dan Asti + Welli.
Kelebihan dan Kekurangan
Seperti halnya konsep lain, konsep open-plan juga punya beberapa sisi positif dan negatif.
Positif
- Sirkulasi yang lebih mudah antar ruangan karena tidak perlu ada pintu yang harus dibuka atau ditutup.
- Interaksi sosial antar penghuni bisa lebih dibangun karena nggak terhalang dinding, sehingga semua bisa terlihat.
- Bisa berbagi cahaya dan udara dengan aliran yang mengalir lebih bebas karena tidak ada dinding penghalang.
- Karena ruangannya terbuka, kamu jadi bisa lebih bebas untuk eksplorasi layout juga fungsi ruangannya. Contohnya saat ada acara kumpul-kumpul di rumah seperti arisan atau pengajian, dengan konsep layout seperti ini kamu jadi bisa leluasa mengubah tampilannya sesuai kebutuhan.
Negatif
- Tidak ada kontrol suara. Karena penyatuan beberapa ruang, suara-suara dari ruang satu ke yang lainnya bisa terdengar jelas. Jadi, kalau misalnya salah satu penghuni lagi butuh suasana tenang. Mau nggak mau ya harus ngalah dengan mengungsi ke ruangan lain yang memang terpisah kayak kamar tidur. Jadi supaya semuanya bisa merasa nyaman, pastikan dulu yah akan kayak gimana sih kebutuhan dan aktivitas masing-masing penghuni di rumah nanti.
- Yang menarik studi terakhir menunjukkan, di negara lain meskipun menghilangkan dinding dan pintu, konsep open-plan tidak terlalu mengurangi biaya pembangunan secara signifikan. Diperlukan energi yang cukup besar untuk memanaskan dan mendinginkan ruangan di satu ruangan besar daripada membaginya dalam ruangan-ruangan kecil dan membiarkan ada yang dibiarkan panas atau dingin. Untungnya di negara tropis, meskipun kita masih membutuhkan AC untuk mendinginkan ruangan, konsep open-plan masih bisa dibuat efisien dengan memaksimalkan penghawaan alami.
- Karena jumlah dinding yang sedikit, secara struktural balok bangunannya harus direncanakan lebih besar dan kuat supaya bisa menahan beban bangunannya secara keseluruhan.
Sejarah Konsep Open Plan
Konsep ini relatif masih baru dalam desain hunian. Pada tahun 1940 sampai 1950an, rumah-rumah masih menggunakan desain dimana setiap fungsi dan kegiatan memiliki ruang tersendiri. Dapur menjadi ruang tersendiri, ruang makan dan ruang keluarga terpisah. Bahkan orang masih memiliki ruang tamu khusus untuk menyambut tamu dan keluarga.
Setelah perang dunia ke 2 berakhir dan gerakan arsitektur modern makin mendunia, arsitek mulai berpikir lebih praktis, fungsional dan lebih menggali pemahaman esensi setiap ruang. Belum lagi kondisi lahan untuk tinggal yang semakin terbatas alias mengecil. Akhirnya, ruang tamu perlahan menghilang, sedangkan dapur – ruang makan – ruang keluarga bergabung.
Terpisah Tapi Bersama
Kebiasaan dan perilaku orang sekarang ini berpengaruh ke perkembangan konsep open-plan. Jadi, mulai banyak yang menerapkan konsep ini dalam desain rumahnya. Sebenarnya cukup membantu sih, apa lagi untuk ibu yang mesti masak sambil jagain anaknya. Mereka jadi bisa mengawasi setiap gerak-gerik anaknya selagi sibuk di dapur. Tanpa pemisah ruangan juga bisa kasih kesempatan untuk sang ibu dan bapak untuk tetap saling berkomunikasi, walaupun yang satu sambil beraktivitas di ruang keluarga.
Salah satu contoh yang bisa kamu lihat ada di rumah Atit + Riza. Dapur, ruang makan, ruang keluarga bahkan area kerja didesain tanpa dinding pemisah. Jadi, mereka berdua masih bisa berinteraksi sambil mengerjakan aktivitasnya masing-masing.
Demikian ya, penjelasan singkat mengenai konsep open-plan… Semoga gampang dipahami dan bisa jadi bahan pertimbangan kamu! Kalau punya pertanyaan boleh banget ditanyakan di kolom komentar, ya. Happy renovating!
*Ilustrasi oleh Evelyn Gasman. Lulusan desain komunikasi visual. Ketertarikan tinggi pada seni rupa, branding, desain produk maupun interior. Sering menghabiskan hari-harinya di kedai kopi miliknya, KROMA. Kamu bisa membaca kegiatan sehari-hari KROMA di buku hariannya.
Foto milik:
1. Feature Image
House in a Flat by Nitton Architects via Archdaily
2. Penggabungan ruang makan dengan dapur
London House Extension via Dezeen
3. Penggabungan ruang makan dengan ruang keluarga
House in a Flat by Nitton Architects via Archdaily
Buchholzberlin Design via Freunde von Freunden
Art Loft Chai Wan via Archdaily
Marc and Paola Sadler Home via Freunde von Freunden
4. Penggabungan dapur, ruang makan dan ruang keluarga
MUJI House by Kengo Kuma via Dezeen
Leave a Reply