
Benda-benda yang bersifat personal dan punya nilai sentimentil biasanya jadi barang yang paling susah untuk kita lepasin… Menurut Atit proses decluttering pada tahap ini bisa jadi yang paling menantang. Gimana cara ngakalinnya? Simak artikel Atit di bawah ini, ya!
Halo, apa kabar semuanya?! Nggak kerasa ya sudah bulan Oktober, sudah 10 bulan saya jadi kontributor di Living Loving dan artinya sudah ada 10 blogpost yang saya tulis mengenai decluttering dan organizing. Hihi, gimana? Apakah penataan barang di rumah mulai membaik? Atau baru dalam tahap baca-baca? Atau malah sedang mengalami kesulitan berpisah dengan barang-barang di fase tertentu?
Semoga beberapa blogpost decluttering dan organizing ini bisa jadi teman untuk yang sedang memantapkan diri dan dalam proses merapikan rumah, ya! Pembahasan di artikel-artikel sebelumnya kita sama-sama berkenalan tentang apa itu decluttering, bagaimana cara melakukannya, dan mulai untuk menyingkirkan hal-hal yang (umumnya) termudah. Nah, akhirnya sekarang sampai juga di segmentasi yang agak-agak sulit untuk disingkirkan. Hehe, iyaa kami mau bahas memento nih!
Sebetulnya kalau dengar kata memento, otak saya biasanya reflek inget salah satu film Christopher Nolan yang dimana pemeran utamanya mengidap ingatan jangka pendek, jadi harus sering membuat catatan dan memotret setiap benda, tempat dan situasi dengan kamera. Bahkan, sampai membuat catatan dengan mentato seluruh tubuhnya.
Memento yang akan kami bahas sekarang memang bukan film itu, tapi kurang lebih punya arti yang mirip sebagai objek yang bisa mengingatkan kita terhadap orang, situasi, tempat dan lain-lain di masa lalu. Tentu sebetulnya nggak ada yang salah bagi orang yang senang mengoleksi atau mengumpulkan kenang-kenangan tertentu. Tapi, kalau digali lebih jauh biasanya ada beberapa tipe, diantaranya:
- Tipe yang hanya menyimpan beberapa benda sentimentil seperti gambar, surat pertama dari anak, atau jurnal dari jaman dulu.
- Tipe kolektor yang lebih banyak menyimpan barang tapi punya tanggung jawab terhadap barang-barangnya. Misalnya, suvenir ketika jalan-jalan, karena tentu salah satu tujuan menyimpan koleksi tersebut adalah untuk dinikmati nantinya.
- Tipe yang melakukannya secara agak berlebihan atau sering juga disebut compulsive hoarding. Khusus untuk yang terakhir ini jangan buru-buru menyimpulkan kita adalah seorang hoarder atau bukan, ada baiknya dibaca kembali pembahasan tentang ini, hehe. Ohya, ini nggak melulu karena memento, kok! Ada yang pada dasarnya menjadi penimbun untuk berbagai macam benda dengan berbagai macam alasan.
Gimana? Ada yang pernah ngerasain kejadian di atas? Beberes barang kenangan lalu ujung-ujungnya malah nostalgia..hihi… Sebenarnya mengoleksi memento bisa jadi kegiatan yang menyenangkan, tapi kalau berlebihan ternyata juga punya efek negatif, seperti :
- Merasa “penuh” dan “sumpek” karena banyaknya barang di rumah.
- Sulit menentukan skala prioritas tentang barang mana yang penting, karena akhirnya semua barang dirasa penting.
- Bisa punya kecenderungan merasakan kecemasan yang berlebih dan punya tendensi lebih sulit untuk bisa lepas dari masa lalu.
Kalau ada yang merasa punya masalah serupa, bukan berarti semuanya harus disingkirkan, ya! Hanya saja mungkin di sini kita bisa saling berbagi solusi dan pengalaman. Ada beberapa hal yang bisa membantu membereskan kumpulan memento di rumah:
Pelajari hal yang memiliki nilai sentimental untukmu
Nggak semua orang punya tipe barang sentimental yang sama. Ada yang suka banget ngumpulin hasil karya anak, kenang-kenangan dari orang terdekat, pencapaian masa muda atau ada juga yang seneng ngumpulin barang karena cerita dibaliknya. Perjalanan merapikan memento ini akan lebih nyaman dimulai dengan berkenalan barang sentimental kita masing-masing.
Kenali sumber benda dan pisahkan sesuai intensitas penggunaan
Biasanya suatu barang kenangan disimpan karena alasan yang berbeda. Mungkin karena bentuknya, kegunaannya, aromanya, nilai sentimentalnya dan lain-lain. Pisahkan dari yang masih bisa dipakai, dinikmati orang banyak, mau dibuang tapi masih belum berani atau hanya dilihat oleh diri sendiri.
Lebih selektif dalam berbelanja
Jadi alih-alih pusing nantinya mikirin barang mana yang harus disingkirkan dan disimpan, menurut saya ada baiknya ambil waktu lebih banyak dan pikirkan lagi matang-matang sebelum membeli suvenir. Saya selalu mengingatkan diri saya untuk membeli atau mengambil barang yang saya butuh atau yang membuat saya bahagia. Kalau memang nggak ada yang disukai, nggak perlu dipaksakan dan mungkin bisa cari di tempat lain. Cara ini membuat saya bisa lebih berkenalan dengan diri saya sendiri.
Siapkan wadah penyimpanan
Mungkin ini paling cocok untuk tipe no.2 di atas. Tapi tujuannya seperti teori bebenah pada umumnya bahwa setiap benda di rumah sebaiknya dikasih “rumah”. Misal memanfaatkan stoples kaca untuk menyimpan koleksi foto instan milikmu atau tiket-tiket konser atau tiket pesawat. Atau menyatukan beberapa foto perjalanan yang dibagi berdasarkan tujuan perjalanannya. Cara ini juga bisa membuat kita lebih menghargai dan merawat koleksi kita serta membuat sadar untuk tau sampai mana batasnya. Karena kalau rumahnya udah nggak cukup artinya harus mengatur strategi baru.
Sebagai seseorang yang senang menulis dan membuat jurnal akan kesehariannya, buku-buku ini jadi harta karun untuk Miranti, Puty dan Bidasari. Kumpulan jurnalnya tersebut akan dikumpulkan dalam suatu kotak penyimpanan dan Puty juga memberikan tips untuk menyimpan silica gel di dalamnya supaya kondisi bukunya tetap terawat dengan baik. Kotak penyimpanan khusus untuk jurnal juga bisa didapatkan di Traveler’s Notebook, seperti yang diterapkan Bidasari.
Digitalisasikan
Salah satu cara merayakan hidup di dunia yang didukung dengan teknologi canggih adalah dengan mengambil foto kenangan. Memang untuk beberapa orang nilainya pasti berbeda dengan menyimpan benda, tapi ini bisa menjadi salah satu alternatif cara untuk bisa berdamai dengan keterikatan pada benda-benda. Buat yang suka menonton drama korea, saya ada rekomendasi film tentang merelakan barang dengan bantuan digital, judulnya “Your House Helper”. Hehe, siapa tau membantu…
Tentukan batasan
Nah, yang terakhir adalah dengan memberikan limitasi seberapa banyak barang yang bisa disimpan. Misalnya, dengan membatasi area display. Karena kalau nggak, bisa ada kecenderungan untuk kembali menimbun barang.
Sebetulnya soal memento ini saya yakin susahnya pasti beda-beda untuk setiap orang dan bukan berarti harus menyingkirkan semua benda kenangan loh yaa, hehe… Kalau ada yang mau share tentang pengalaman dengan benda-benda kenangan silahkan pakai kolom komen dibawah, ya!
*Ilustrasi oleh Puty Puar. 28 tahun. Mantan penjaga sumur pengeboran, ilustrator, dan penulis lepas yang juga merintis label ‘Fat Bunny’. Ibu satu anak. Penyuka makanan dengan saos kacang. Blognya bisa diakses di byputy.com.
Leave a Reply