Akhirnya, GIRLS’ DAYS OUT juga berdua Mamir. Meski keliatannya kami berdua selalu bersama, baik di dunia nyata dan virtual (((virtual))), tapi susah banget lho memutuskan waktu untuk berlibur berdua. Padahal nggak lama. Cuma tiga hari dua malam di Singapura. Tapi super padat dan super happy!
Kami merencanakan liburan ini sudah sejak awal tahun. Kenapa sih mutusin buat liburan bareng? Karena sejak Living Loving berdiri tahun 2013, kami tuh bisa dibilang nggak pernah yang bener-bener libur keluar kota berdua. Rata-rata pasti urusan kerjaan. Makanya saat mutusin liburan singkat ini, kami berdua sepakat buat menjadikan ini liburan santai tanpa ambisi.
Buat yang belum akrab sama kami, saya mau jelasin dulu nih kami kayak gimana orangnya. Saya dan Mamir meski sifatnya berbeda 180 derajat, tapi sebenarnya kalau udah urusan traveling, acara, konten..apapun yang perlu perencanaan, itu cukup rapi dalam menyusun dan mengatur dari mulai persiapan sampai kelar. Sesantai-santainya tuh masih ada deh curi-curi bikin to-do list atau jadwal kasar. Apalagi keseharian kami di Living Loving memang nggak jauh dari segala urusan ini. Intinya, kami bukan tipe orang yang go-show dan serba spontan.
Namun, tampaknya karena bisa dibilang 2-3 tahun terakhir ini kami hampir selalu berkutat dengan segala sesuatu yang harus direncanakan, diatur, dijaga dan dipertanggungjawabkan (baca: kerjaan). Jadi, pas liburan malah jadi bablas, deh. Kompak pula santainya! Hahaha. Tapi ternyata keputusan buat spontan ini menurut saya tepat banget. Hal yang kami rencanakan hanya tanggal berangkat, beli tiket pesawat dan booking airbnb. Selebihnya kami tidak punya itinerary harian sama sekali, packing saja baru sehari sebelumnya. Meski memang sudah ada beberapa tempat yang memang kami incar, tapi nggak ambisius pengen didatengin semua. Jadi begitu menjejakkan kaki di Changi, yang kepikiran cuma naik taksi ke penginapan untuk nitip koper. Dari situ baru browsing ada tempat menarik apa ya untuk didatangi hari ini? Baru setelah itu browsing lagi untuk menentukan tempat tujuan berikutnya. Berbekal Google Maps dan kartu EZlink, kami jadi bisa melihat area lain di Singapura serta mampir ke tempat-tempat yang seru dan nggak pernah kami kunjungi sebelumnya.
DAY 1
Chye Seng Huat Hardware Coffee / Papa Palheta
Chye Seng Huat Hardware ini sebelumnya sebuah komplek gedung kecil berisi beberapa pabrik metal, tapi sekarang berubah menjadi coffee shop yang dibentuk oleh Papa Palheta. Salah satu tempat ngopi yang populer di Singapura dan Malaysia. Kebetulan waktu ke Kuala Lumpur, Malaysia dua tahun lalu saya juga sempat nih brunch di Papa Palheta dan lokasinya di bekas pabrik kertas. Jadi, konsepnya memang tampaknya mengalihfungsikan bangunan lama (kebetulan keduanya pabrik) jadi tempat ngopi dan sosialiasi.
Jujur, saya dan Mamir ngopi di sini karena lokasinya paling dekat sama Airbnb kami. Tapi ternyata kopinya (menurut saya yang 95% minum Latte doang ini) enak, begitu juga kue-kuenya. Pelayanannya juga ramah. Cukup nyaman buat bersantai dan ngobrol, meski bukan tipe kafe yang tenang. Oya, beberapa pengunjung membawa balita ke sini jadi asumsi saya sih cukup kid-friendly. Menunya lumayan beragam dari mulai appetizer sampai aneka dessert.
Tiong Bahru
Sebenarnya ini kunjungan untuk menjawab rasa penasaran saya akan toko buku anak Woods in The Books, Books Actually dan toko kue Plain Vanilla. Setiap ke kota ini, saya nggak pernah kesampaian mampir ke daerah ini. Mamir sih sudah pernah mampir 4 tahun lalu dan ternyata menurutnya Tiong Bahru ini nggak banyak berubah dibanding empat tahun lalu. Cuma memang ada beberapa toko seperti Strangelets yang sudah tutup.
Kalau kamu suka main ke toko buku independen, tergila-gila dengan buku anak + mainan dan aksesoris anak yang nggak biasa. Kamu wajib mampir ke Tiong Bahru dan mengunjungi dua toko pertama tadi. Oya, area sekitar sini juga menarik untuk lokasi pemotretan. Nggak jauh dari pertokoan tadi ada jalan kecil yang dikelilingi gedung yang dominan putih dengan sedikit aksen kuning yang kontras. Instagrammable spot nggak melulu harus warna-warni, kan?
National Museum of Singapore
NAH, ini sebenarnya spot yang sungguh tidak diduga. Jadi di hari pertama itu, setelah nge-drop koper di Airbnb kan kami ngopi di Chye Seng Huat Hardware. Lalu ke Tiong Bahru. Di Plain Vanilla, kami sudah beli beberapa cupcakes untuk dibawa piknik sore ke Fort Canning Park. Tapi saat kami di perjalanan menuju ke sana tuh hujan. Akhirnya begitu turun bis, Mamir dan saya langsung browsing lagi buat cari tau ada tempat menarik di dekat Fort Canning. pilihannya jatuh ke National Museum, deh! Entah ada apa di sana. Tapi berhubung kami berdua doyan jalan-jalan ke museum, jadi ya udah deh iseng aja mampir ke sana.
Ternyata cakep banget, saudara-saudara! Pertama, ada pameran tentang playground. Jadi ada beberapa instalasi permainan buat anak-anak. Seru banget. Ada sejarah taman bermain di Singapura juga. Buat yang sudah mampir ke Singapura bareng anak pasti tau deh kalau kota ini tuh punya banyak taman dan taman bermain yang menyenangkan. Jadi, seneng banget bisa mengikuti cerita bagaimana visi misi, perencanaan hingga proses mereka mendesain taman bermain ini. Exhibition bertema Singapore’s Playgrounds ini masih berlangsung hingga 30 September 2018.
Kedua, ada instalasi visual dari TeamLab. Biasanya orang-orang yang pengen menikmati proyek dari TeamLab ini tuh pada ke Arts and Science Museum, jarang yang ke National Museum ini.Padahal proyek di museum ini diakui TeamLab sebagai proyek mereka yang paling menantang dari segi skala dan bentuk ruangan. Selengkapnya bisa kamu lihat di artikel tentang Story of The Forest. Selain dua pameran tadi, kamu bisa mencari tahu soal sejarah Singapura di sini. Semua disajikan dengan rapi, menarik dan informatif. Jadi tanpa ada pemandu pun, kita masih bisa mengikuti dengan baik.
Spotlight
Setelah kunjungan yang cukup berbudaya, saatnya kunjungan seneng-seneng sesuai hobi. Berhubung kami sukanya apapun soal rumah dan bebikinan, jadi kami mampir ke Spotlight. Suka bebikinan? Suka jahit? Suka pernak-pernik rumah? Belum pernah ke Spotlight? Wah, coba ya nanti kalau ke Singapura, Kuala Lumpur atau Australia..wajib mampir ke Spotlight.
Ini rasanya sudah keempat atau kelima kalinya saya datang ke toko yang berasal Australia ini, tapi tetap aja rasanya mau gila. Soalnya isinyaaa, benang-benang aneka warna dan tekstur, kain-kain aneka motif, bahan-bahan dan alat prakarya yang bisa dipakai buat beberapa tahun ke depan. Mamir yang baru pertama mampir pun langsung “panik”. Kayak ketemu surga kecil (yang ukurannya nggak kecil, yaa) buat kecintaannya akan bikin-bikin. Apalagi pas kami datang itu, semua benang lagi sale 50%! Buat yang senang ke Ace Hardware gitu kemungkinan juga bakal happy kalau mampir ke sini. Buat kami, Spotlight itu seperti Ace Hardware, Artland, Daiso dan Toko Maju / Toko aneka benang digabung jadi satu. Biasanya tokonya cukup besar untuk bikin kita betah berjam-jam di sana. Kalo kata Mamir sih, toko ini kaya Afgan…Sadis! Menggoda banget isi-isinya.
Typo
Kalau toko pernak-pernak ini rasanya sudah cukup familiar, ya. Bagian dari retail store Cotton On. Typo ini menjual pernak-pernak yang penting nggak penting tapi pengen punya. Saya yakin banyak banget teman-teman, terutama perempuan, yang susah menahan diri kalau sudah di Typo. Suami saya aja ikutan kalap pas kami ke Typo beberapa tahun lalu.
Isinya dari mulai stationery kayak peralatan tulis, notes, kalender, sampai pernak-pernik dekorasi seperti lampu meja, ornamen meja, dan lain sebagainya. Ditatanya berdasarkan warna pula.
Oya, Typo ini gayanya lebih cenderung ke remaja. Kalau yang punya keponakan atau anak remaja putri, wajib deh ke sini.
DAY 2
The Bravery Cafe
Salah satu resto halal yang kami ketahui dari rekomendasi teman-teman di Instagram Living Loving. Jaraknya kira-kira 15 menit jalan kaki dari tempat kami menginap. Menu makanannya Western food seperti steak dan pasta. Karena kemarin kami niatnya mau jalan-jalan lumayan jauh seharian, jadi kami sarapan agak berat biar lebih bertenaga. Saya memesan burger dan fries dan Mamir memesan smoked salmon sandwich, dan dua duanya sukses dari sisi rasa dan porsi! Thai tea yang dikemas dalam botol juga enak rasanya.
PS Café
Kafe ini sebenarnya punya beberapa cabang yang tersebar di Singapura. Tapi kami sengaja pilih yang di Dempsey Road karena lokasinya cantik dan nggak tipikal Singapura yang selalu erat dengan pemandangan kota.
Terletak agak menjauh dari pusat kota, selain bisa menikmati sisi Singapura yang hijau, rindang dan adem..mirip daerah Ciumbuleuit di Bandung gitu deh. Setelahnya kami bisa jalan-jalan di sekitar Dempsey Road karena ada beberapa bangunan yang disebut Black and White House.
Bangunan-bangunan ini dibuat sekitar awal 1900 hingga akhir 1920an pada masa pemerintahan Inggris. Ciri khasnya memang warnanya yang hitam putih. Cantik banget. Sebenarnya black and white house ini tersebar di beberapa daerah Singapura, tapi kami memilih mampir ke daerah sini karena kebetulan ada PS Café. Jadi, paling nggak ada tempat buat minum, ngemil dan santai-santai. Mengingat jalan-jalan di sekitar sini butuh tenaga yang lumayan. Apalagi cuacanya pun nggak beda sama Jakarta. Panas, lembab dan sesekali hujan.
Oya, selain PS café ada juga restoran menarik lainnya di sekitar sini, namanya The White Rabbit yang menempati bangunan bekas chapel.
Kikki.k
Nah, toko asal Denmark yang satu ini juga sudah banyak yang kenal. Cabangnya lumayan banyak dan tersebar di beberapa Negara. Tapi yang paling deket sama Indonesia ya di sini. Di Singapura pun ada beberapa cabang dan kami mampir di toko yang berada di Raffles City
Kalau suka dengan stationery bergaya skandinavia yang simpel, siap-siap jaga mental saat masuk ke Kikki.K. Susah bangettt buat menahan diri nggak beli gunting manis berbahan kuningan, atau agenda cantik yang simpel tapi kualitasnya bagus banget.
Toko ini pas sekali sih buat yang mau mencari kado spesial buat orang yang suka desain simpel, manis dan chic. Ya, pas juga sih buat nyari kado istimewa…buat diri sendiri. Saya sih sudah beberapa kali melakukannya. Hihihi.
Paper Market
Ya, namanya juga membahas itinerary bersama Nike dan Mamir. Jadi toko-tokonya ya nggak jauh-jauh dari bebikinan dan stationery. Paper Market ini lokasinya di Plaza Singapura juga. Isinya lebih fokus untuk mereka yang suka bebikinan berbahan kertas. Ada juga alat dan bahan untuk brush lettering. Selain itu ada perintilan lucu seperti boneka-boneka, tas anak, dan lain sebagainya.
Cat Socrates
Duh, terima kasih ya buat teman-teman yang sudah merekomendasikan toko ini. Tau banget kami sukanya apa. Berlokasi di Bras Basah Complex yang isinya toko-toko art and craft supplies seperti Art Friend, dan buku-buku yang (kabarnya) cukup ekonomis. Cat Socrates ini lagi-lagi berisi perintilan yang rasanya semua pengen dibawa pulang. Ada buku-buku dari penerbit independen, aksesoris seperti tas, anting, cincin, sampai aneka pernak-pernik bertema kucing (ya, sesuai namanya hihi).
Oya, di toko ini nggak diperkenankan memotret jadi kami nggak bisa kasih intip, nih. Tapi kamu bisa lihat akun Instagram Cat Socrates, ya!
DAY 3
All Things Delicious
Di hari terakhir, kami cuma punya waktu hingga siang hari untuk jalan-jalan. Jadi, kami memutuskan main ke daerah Haji Lane karena penasaran aja selama ini nggak pernah ke sana. Setelah Mamir dengan giat melakukan riset tempat brunch yang buka dari jam 9 pagi. Muncul deh nama All Things Delicious di daerah Arab Street, dekat sekali dari Haji Lane.
Saat browsing tentang restoran ini, kata-kata kunci yang hadir itu makanan sehat. Kami sempat agak ragu nih, karena kami khawatir rasanya akan hambar. Haha. Ternyata kami puas banget sarapan di sini. Pelayanannya ramah banget, suasananya menyenangkan dan makanannya enak. Kami sama-sama pesan breakfast set dan semua elemen yang kami makan itu enak. Telurnya, jamurnya, sayurnya..nggak ada yang zonk!
Oya, seneng banget juga pas teman sekaligus kontributor kami yang baik hati, Evelyn ternyata spontan memperpanjang waktu transitnya di Singapura dan sempat janjian sama kami di sini. Makasih ya Epe, udah mau mampirin kami langsung dari airport.
Supermama
Toko galeri ini letaknya nggak jauh dari Haji Lane. Kami mengunjungi flagship store-nya di Beach Road. Selain menawarkan produk homeware dan aksesoris yang didesain oleh Supermama, ada juga produk desain dari Jepang. Kalau kamu suka dengan desain Jepang yang beraliran simpel dan modern sekaligus hangat, kamu perlu mampir ke sini. Oya, beberapa langkah dari toko ini ada sebuah perpustakaan sekaligus tea salon bernama Looksee Looksee yang hanya buka saat hari kerja. Interiornya sangat kini, dengan warna pastel, pink dan mengingatkan akan gaya mod. If you’re into Wes Anderson’s movie scenes, you’ll love this spot!
Haji Lane, Kampong Glam
Katanya, pada satu masa, Haji Lane ini adalah area hipsternya Singapura. Waktu kami main ke sini memang banyak sekali toko pernak-pernik di jalan kecil ini. Mulai dari toko produk kulit sintetis (dompet, notebook cover, keychain, dll) dengan warna-warni manis yang juga menyediakan jasa custom monogram pada produknya. Ada juga butik-butik kecil yang menjual berbagai gaya pakaian sekaligus home decor stuff.
Oya, kamu juga bisa lihat perjalanan Singapura kami ini dengan lebih jelas di YouTube. Tonton, ya! :)
Berhubung sejak punya anak, kami lebih sering traveling dengan jumlah tempat tujuan yang nggak muluk-muluk. Tamasya ke Singapura ini langsung terasa padat karena dalam sehari kami bisa mengunjungi 5-6 tempat sekaligus. Liburan singkat jadi terasa memuaskan banget karena selain berhasil mampir ke tempat yang masuk wishlist, malah dapat “kejutan” tempat-tempat seru yang bahkan belum pernah kami dengar sebelumnya. Semoga tahun depan bisa dapat rejeki buat jalan-jalan lagi. Pengennya sih kota atau daerah yang bisa memberi kami inspirasi buat Living Loving juga. Ada ide? ;)
Dea
21 May
Aku salah fokus dg tas nya mamiraz hihi. Kalo bokeh tau merk nya apa ya?
Miranti
22 May
ranselnya Miniso..hihi
mega yuanita
30 May
penang kayanya seru juga..
kalau boleh tau kemarin nginep di airbnb dimana yaa mbak? terima kasih sebelumnya..
mega yuanita
30 May
sorry for commenting, ternyata udah dibahas soal airbnb-nya.. maafkan kesigapan tanganku ini ya mbak..