
Sepanjang 2019 ini saya dan suami banyak disibukkan dengan urusan renovasi rumah. Memperbaiki rumah yang sekarang ditempati, dan merenovasi rumah baru. Teryata proses ini lumayan mengundang banyak perasaan dan pikiran.
Kami menempati rumah pertama ini sejak menikah di tahun 2011. Masih ingat gimana hebohnya kami berdua mengejar midnight sale di Informa untuk beli set meja makan. Yudha yang semangat sekali merakit dan memasang furniture di rumah. Lalu, kalau ke Singapura, kami berdua menyempatkan diri ke IKEA hanya untuk beli perintilan seperti wadah-wadah buat di laci. Ya, salah satu hobi kami berdua adalah liat-liat inspirasi rumah, baik arsitektur maupun interior dan dekorasinya. Jadi kegiatan mengisi rumah itu sangat kami nikmati.
Mengingat bangunan rumah ini sudah berumur lebih dari 25 tahun. Selama tinggal di sini ya kami harus “mendandani” rumah ini juga. Memperbaiki plafon, atap di bagian-bagian yang sudah mulai rapuh, mengganti kusen jendela supaya cahaya dan udara yang masuk bisa lebih maksimal, merenovasi gudang supaya bisa dipakai lebih maksimal, mengganti atap teras dan garasi. Ya, banyak deh…sampai akhirnya di tahun kelima kami memutuskan untuk merenovasi total rumah ini.
Namun, tahun kemarin rencana berubah dan kami memutuskan untuk pindah rumah. It really was a big decision for us. Hal pertama yang kami lakukan adalah ngomong ke orangtua saya. Kebetulan lokasi tempat tinggal kami sekarang jaraknya tak lebih dari 3km dari rumah Bapak dan Ibu, jadi kami merasa perlu minta izin dan meminta pendapat mereka kalau kami akan pindah ke lokasi yang agak menjauh dari mereka. Ternyata Bapak Ibu menyambut baik niat kami. Jadi, mantap deh, meski sampai sekarang masih suka nggak percaya dengan keputusan ini. Hahaha.
Selama tujuh tahun ini, bangunan seluas 105m2 ini terasa sangat cukup buat keluarga kecil ini. Bahkan buat saya, bisa tinggal di rumah sebesar ini sejak awal nikah sih rasanya mewah banget. Bersyukur banget punya rumah yang bisa jadi tempat tumbuh dan berkembang yang layak, terutama buat Kira. Makanya, ketika bulan ini kami mulai menyiapkan urusan rumah baru…ternyata ada rasa mellow ya saat mengingat gimana berjasanya rumah sekarang.

Pesan selamat datang pertama yang kami pasang di depan pintu

Pesan selamat datang kedua dan terakhir
And to see how it used to be..
And after we did some change on the windows..
Iya, setelah sekian bulan terakhir perhatian kami banyak tertuju ke rumah yang akan ditempati nanti. Beberapa malam lalu saat saya masih belum bisa tidur dan melihat-lihat arsip foto-foto yang diambil di rumah sekarang…eh, malah jadi terharu.
*pembaca: ya, lo gimana sih nik malem-malem bukannya tidur atau baca buku, malah mengais memori. Hahaha
Ada begitu banyak cerita yang hadir di rumah ini. Pokoknya rumah ini saksi bisu tumbuhnya hubungan saya, Yudha, dan Kira. Tentu dengan penghuni yang lain juga seperti pengasuh Kira atau asisten rumah tangga yang pernah tinggal dengan kami.
Blog post kali ini saya dedikasikan untuk rumah kami yang sudah berdiri dengan kokoh untuk melindungi keluarga kami. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan kami. Terima kasih sudah menjadi tempat memulai dan kembali.
Kami belum memutuskan rencana buat rumah ini. Tapi apapun keputusannya nanti, semoga berkah. Duh, 15 tahun lalu saya selalu mikir kalau orang dewasa itu membuat semua keputusan itu dengan pertimbangan komplit dan matang. Tapi ternyata…ya namanya juga hidup, ya. Banyak keputusan besar yang dilakukan secara spontan, dan ternyata ya..mau dibekali rencana lengkap dengan rencana back up, kek..mau spontan pake intuisi, kek. It doesn’t matter. What matter is we learn to live it right in our own way that we believe.
adynura
Jadi rumah lamanya gak dijual kah?dipake semacam studio aja,hehe…
btw, selamat untuk rumah barunya teh nikeee :)