READING

RENOVATION 101: MEMULAI RENOVASI

RENOVATION 101: MEMULAI RENOVASI

Halo! Adakah yang saat ini sedang merenovasi rumah? Atau berencana akan merenovasi rumah? Atau mungkin merenovasi ruangan seperti dapur, ruang keluarga, kamar mandi atau bahkan teras? Kalau ada, yuk tos dulu sama saya!

Renovasi sendiri berarti mengadakan perombakan ulang berupa perbaikan, penyesuaian atau penambahan. Dalam seri Renovation 101 ini, saya akan membahas satu persatu pertanyaan-pertanyaan yang sering saya dapatkan sebagai seorang arsitek…

Bagaimana sih, cara memulai renovasi? Apa yang harus dilakukan terlebih dahulu, harus menyiapkan apa, bagaimana menentukan budget, seberapa penting peran arsitek dan desainer, bagaimana melakukan deal dengan kontraktor dan tukang, material apa yang sebaiknya dipilih dan lain sebagainya. Itu yang paling sering ditanyakan ke saya.

Memiliki rumah yang nyaman, sehat, sesuai dengan kebutuhan dan juga bisa mencerminkan karakter dan gaya personal kita rasanya menjadi impian siapapun. Perjalanan memiliki rumah idaman pasti menjadi salah satu momen penting dan sangat personal buat setiap orang, karena sarat akan perjuangan dan cerita dibaliknya.

Untuk memiliki rumah, sebagian orang akan membeli tanah kemudian membangun rumah sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Sebagian lagi membeli rumah baru melalui developer ataupun rumah bekas namun terkadang harus menerima keadaan desain dan kondisi rumah yang apa adanya.

Beruntung jika masih memiliki dana cadangan, rumah bisa langsung direnovasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan kita sebagai penghuni baru. Jika tidak, kita harus bersabar supaya bisa direnovasi. Nah, karena renovasi membutuhkan investasi dana yang cukup besar, makanya yuk rencanakan dengan benar!

MENGENALI KARAKTER DIRI

Banyak yang mengira langkah paling awal untuk memulai renovasi adalah dengan mengumpulkan referensi desain di Pinterest. Sebenarnya nggak sepenuhnya salah sih, hanya saja kalau tidak ada filter nantinya kamu malah makin bingung dengan sajian gambar yang semuanya bagus. Alhasil, berakhir dengan ke-BM-an (banyak mau) yang akut.

Sebelum masuk ke tahap perencanaan, menurut saya penting untuk bisa mengenali karakter pribadi kamu terlebih dahulu. Mengapa? Karena hal ini akan sangat berguna ketika menyusun design brief untuk berkomunikasi dengan arsitek atau desainer yang membantu kamu nantinya.

Pertama, mari pejamkan mata sejenak kemudian bayangkan wujud dan suasana rumah yang ideal buat kamu dan keluarga. Ingat ya, bukan hanya bentuk tapi juga rasa. Ini adalah rumah yang akan kamu tinggali dalam waktu lama.

Value apa yang ingin dicapai? Bisa lebih banyak berkumpul dengan keluargakah? Ingin lebih banyak mencoba memasak? Ingin bermain bebas di halaman bersama anak-anak? Membaca sambil dibelai angin semilir? Bekerja sambil mendengarkan suara air? Ingin memelihari kucing atau ikan? Ingin memiliki kebun kecil? Apakah kamu tipe orang yang santai, efisien, rapi dan teratur? Memiliki hobi dan koleksi tertentu? Kemudian bagaimana rumah itu dalam 10 atau 20 tahun lagi? Apakah fleksibel terhadap perubahan? Dan lain sebagainya.

Semakin banyak pertanyaan yang bisa kamu jawab, semakin mudah untuk kamu bercerita tentang rumah dan ruang ideal. Jadi nggak sekedar berbicara tentang gaya bangunan atau dekorasinya saja. Sebagian orang memiliki satu preferensi gaya arsitektur tapi banyak juga yang terpengaruh antara gaya satu dengan yang lainnya. Sebenarnya oke dan sah-sah saja asal keseimbangan dan harmonisasi desain tetap terjaga.

Biasanya ketika kamu belum bisa mendefinisikan karakter diri sendiri, kamu akan lebih mudah mengikuti gaya bangunan atau dekorasi yang sedang tren saat ini. Padahal itu nggak disarankan. Kamu akan cepat bosan karena semuanya hadir tanpa makna dan cerita. Kemudian kamu juga akan lebih mudah galau dan bingung ketika menghadapi berbagai pilihan material. Tampilan ruangan malah akan bercampur tanpa konsep dan karakter yang jelas.

MENYUSUN DAFTAR KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

Nah, ketika kamu sudah bisa mengenali karakter sendiri, kamu akan lebih mudah fokus dalam menentukan konsep dasar yang diinginkan. Tapi sebelum diskusi ke arah sana, sebaiknya kamu juga membuat susunan daftar kebutuhan dan keinginan yang kamu inginkan.

Oh iya, jika kamu sudah berkeluarga jangan lupa untuk melibatkan keluarga dalam diskusi ini. Ngomongin kebutuhan dan keinginan soal rumah ideal dengan suami (dan anak-anak jika sudah bisa diajak ngobrol) akan sangat seru walaupun agak menantang karena pasti semuanya punya keinginan yang beragam. Tapi, biasanya lewat proses ini kadang suka tercetus ide menarik yang akan menambah sisi personal rumah yang akan direnovasi. Sayangnya proses ini suka luput dilakukan bahkan oleh pasangan padahal ini adalah salah satu hal yang mendasar.

Ketika membangun rumah kami, saya dan suami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi dan lumayan berjalan alot di awal. Masing-masing kekeuh atau persisten dengan keinginannya, sampai akhirnya kami berdamai dan mencari win-win solution supaya semuanya senang.

Saya akan memberikan contoh penulisan kebutuhan dan keinginan supaya kamu bisa membedakannya:

  • Kebutuhan: Kamar tidur utama.
    Keinginan: Ukuran sedang, punya pemandangan ke halaman, KM (kamar mandi) di dalam, terang, lantai parket/vinyl, dinding putih, memiliki walk-in-closet, gaya Skandinavia, dan sebagainya.
  • Kebutuhan: Dapur.
    Keinginan: Ukuran cukup besar (karena suami-istri suka memasak), open shelf, punya kitchen island, pakai unsur kayu, warna putih, terang dan memiliki akses ke halaman, gaya farmhouse modern, dan sebagainya.

Jadi, kalau kebutuhan itu adalah susunan program ruang yang disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari, sedangkan keinginan itu lebih ke unsur tangible. Artinya terlihat, terasa, teraba karena sudah berbentuk fisik dan terukur. Ketika kita membuat daftar keinginan, biasanya akan sangat ideal. Namun perlu diingat apabila luasan area dan biaya kamu terbatas, sebaiknya kamu bisa berkompromi dengan beberapa keinginan tersebut.

Kalau kamu sudah berdiskusi dengan anggota keluarga dan menentukan faktor-faktor tersebut, saya yakin kamu sudah memiliki design brief yang cukup jelas. Informasi ini akan berguna ketika kamu berdiskusi lebih lanjut dengan arsitek atau bahkan memutuskan untuk mendesain sendiri.

Setiap arsitek akan sangat senang apabila diberikan jawaban yang mendetail akan hal-hal yang ditanyakan di atas karena bakalan mempermudah mereka dalam proses merancang. Bayangan kamu untuk beberapa tahun yang mendatang terhadap penggunaan rumah juga berpengaruh terhadap desain. Jadinya, desain rumah akan fleksibel terhadap perubahan dan bentuk rumah maupun ruangan di dalamnya nggak mengganggu rencana kamu kedepannya.

Hal ini terjadi saat kamu membayangkan sesuatu yang mungkin akan dibutuhkan beberapa tahun kemudian namun urgensinya belum terlalu tinggi di awal masa renovasi. Perubahan atau penambahan ruang itu bisa bermacam-macam niatannya. Bisa berupa hobi yang ingin kamu tekuni kembali nantinya, rencana untuk mengajak orang tua tinggal di bawah satu atap ataupun kalian memutuskan untuk memiliki anak lagi.

Ditahap ini juga kamu sudah bisa mulai browsing dan scrolling Pinterest dengan menggunakan kata kunci yang sudah kamu susun di daftar kebutuhan dan keinginan tersebut. Harapannya kamu akan memiliki gambaran konsep desain yang diinginkan dan udah nggak terlalu bingung lagi… Semoga lancar ya dalam merancang hunian yang kamu impikan!

 

Foto milik:

1. Feature Image
Lovely Nest Yudhi Puspa Tia

2. Jendela area membaca, ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, halaman belakang 
www.oa-ny.com

3. Tangga, dapur
www.freundevonfreunden.com


img

Arsitek dan ibu dua anak yang menjadi kontributor tetap untuk rubrik Renovation 101. Selain memiliki rumah yang ia beri nama 'Rumah Dua Pohon' inspiratif, resep masakan buatannya pun selalu terlihat menggoda. Kamu bisa menyimak keseharian Tia di akun Instagram-nya (@yudhipuspa)

RELATED POST

  1. Pengen rumah yang simpel tapi halaman luas dan hijau, banyak pohon gitu. Hehehe

  2. retno

    3 June

    kalau disini kan dijelaskan jika ingin membangun rumah dari 0 (dari awal) jadi idealnya bisa dibuat masterplannya terlebih dahulu. Bagaimana jika kasus nya adalah renovasi rumah second (yang dibeli dengan desain default/sdh terbangun) apakah step2nya sama? bagaimana agar renovasi jangka pendek (dgn asumsi merapihkan rumah tsb agar siap ditinggali) tetap sejalan dengan renovasi besar di kemudian hari (renovasi total krn nambah lantai misalnya). terima kasih :)

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By using this form you agree with the storage and handling of your data by this website.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: