House the House, sebuah multi disciplinary consulting agency yang sering kami dengar dari berbagai event yang sering berlangsung di kota Bandung. Memiliki misi untuk menggali lebih dalam pentingnya peran lingkungan terhadap perilaku manusia yang beraktivitas di dalamnya, mereka berkolaborasi dengan berbagai seniman lokal untuk menambah daya tarik sebuah kota. Dengan memaksimalkan penggunaan ruang publik, interaksi sosial pun dipercaya dapat terjalin dengan lebih baik. Kali ini kami mengintip area kerja para pemikir kreatif dibalik konsultan desain ini…
Apa yang melatar belakangi kalian dalam membangun consulting agency dan menamakannya House the House?
House The House pertama kali didirikan sebagai architecture consulting agency yang bertujuan untuk membangun sebuah arsitektur desain dan mampu memberikan pengaruh pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Kemudian hal ini berkembang menjadi sebuah Destination Design Inc yang fokus pada regenerasi ruang urban dan kultur lewat pendekatan visual dan branding. Regenerasi dapat diartikan bagaimana kami sebagai sebuah studio desain yang terintegrasi mampu merangkul orang-orang dari berbagai lintas disiplin ilmu untuk nantinya bersama-sama berkolaborasi membangun sesuatu.
Apakah konsep dibalik desain studio kalian?
Platform kolaborasi creative talent dan multi disiplin.
Dari mana kalian mendapatkan inspirasi dalam desain studio ini?
Tentunya dari lingkungan sekitar dan semenjak kota Bandung dinobatkan menjadi salah satu jaringan kota kreatif UNESCO, ide-ide untuk karya dan kreatif industri terus bermunculan dan berkembang. Namun, hal inipun tidak lepas dari isu sosial yang menempel. Untuk itu, House The House hadir untuk menjembatani isu sosial perkotaan melalui pendekatan branding dan desain serta aktivitasi urban dan kultur. Khusus untuk desain studio, House The House banyak terinsiprasi dari industri kreatif lainnya seperti OMA, MFRDV, BIG, Pentagram, Phunk Studio dan Nendo Design.
Bisa ceritakan tentang pembagian zona-zona ruang di dalam studio?
Studio ini terbagi menjadi tiga lantai dan memiliki lima ruang utama. Untuk lantai pertama, ada toko desain berukuran kecil dan studio di mana kegiatan bekerja sehari-hari berlangsung. Lalu, ada lantai kedua dengan penempatan ruang finance & administration untuk mengatur semua flow keuangan dan hal-hal administrasi lainnya. Terakhir, di lantai ketiga yaitu terdapatnya ruang meeting dan ruang servis.
Menurut kalian, apa hal penting di dalam sebuah ruang kerja agar tim bisa bekerja lebih efektif?
Menurut kami, sebuah ruang kerja harus bersifat terbuka dengan penerangan yang cukup. Untuk itu, desain studio House The House sendiri dibuat dengan konsep spacious yang airy dan minim sekat (kalau kata orang sunda sih, nge-blong.) Selain dari segi ruang juga harus ada musik supaya tidak sepi. Serta dilengkapi dengan dekorasi ruang dari regenerasi objek-objek kreatif dari event kita sebelumnya.
Apakah kalian punya kebiasaan khusus sebelum mulai bekerja?
Ngopi sih sudah pasti. Berdoa sebentar dan yang penting area kerja sudah harus bersih.
Dalam bekerja, apakah kalian termasuk tipe yang senang menata barang-barang dengan rapi atau justru baru bisa bekerja ketika barang-barang diletakkan seadanya?
Kami lebih menyukai kondisi area kerja yang rapi supaya selama bekerja pun suasananya menyenangkan.
Bagaimanakah biasanya kegiatan sehari-hari di studio?
Kerja pastinya sambil ngobrol-ngobrol santai, kadang banyak bercanda juga. Kadang kondisi studio ramai banget, kadang cuma bertiga saja. Kadang tidur singkat juga kalau ngantuk, hehehe…
Apakah kalian masing-masing punya kebiasaan bekerja yang unik?
– Meizan: Rajin tak kenal waktu.
– Ryan: Harus mendengarkan lagu.
– Fira: Kerja sambil mendengarkan lagu atau menonton TV.
– Nida: Coffee, please!
Di mana kamu biasanya mendapatkan furnitur dan barang-barang lainnya untuk ruangan kerja?
Untuk kumpulan properti House The House sebenarnya hampir tidak ada yang dibeli karena merupakan kumpulan artwork dari event-event sebelumnya. Seperti hasil pameran atau konser dengan konsep re-use furnitur atau souvenir yang bisa digunakan kembali.
Apakah yang paling kalian sukai dari studio ini?
– Meizan: Ruangan kerja yang luas.
– Shafira: WC instagrammable dan tim yang bekerja di kantor ini.
– Ryan: Suasana kerja yang kasual.
– Nida: Rekan kerja dan juga suasana tempat kerjanya.
– Radit: Area kerjanya.
Menurut kalian mendekor area kerja itu penting nggak?
Penting, seiring berjalannya waktu dan pelan-pelan akan bertambah dengan kehadiran kisahnya.
Bisa diceritakan proyek yang telah dan sedang kalian garap?
Saat ini sedang jalan tiga proyek besar dan sebagian merupakan annual event. Ada Keuken, yaitu festival makanan yang diadakan setiap tahun di kota Bandung dan fokus pada regenerasi ruang publik. Tema tahun ini yaitu Gastronomi melalui pendekatan street-food. Lalu ada Street Stage sebagai platform apresiasi dan ekspresi sudut maupun ruang kota dengan berbagai pertunjukan, seniman visual dan instalasi karya. Lalu, ada Hands On sebagai ruang market untuk pengerajinan kriya, mebel dan furnitur dengan proyek-proyek branding dan desain lainnya.
Apakah rencana kedepannya untuk studio House the House ini?
Harapannya bisa berkolaborasi dengan lebih banyak orang dan talenta.
Terima kasih banyak, House the House sudah menceritakan asal-usul agency yang telah dibangun sejak tahun 2010 ini. Dengan segala misi yang ingin dicapai, mereka juga tidak lupa untuk menjadikan area kerjanya nyaman untuk setiap anggota kantor tersebut. Semoga sukses dengan semua proyek yang sedang digarap.
*semua foto milik House the House.
NO COMMENT