Teliti dan jeli selama proses pembangunan maupun renovasi itu penting banget, supaya nggak muncul hal-hal yang merugikan kenyamanan kamu nantinya. Tia menjelaskan apa saja masalah yang biasanya ditemui pada beberapa elemen bangunan rumah tinggal.
Pernah nggak sih, ngerasain baru aja selesai bangun rumah atau baru serah terima kunci sama developer eh kok atapnya bocor, dindingnya retak dan lama-lama catnya keriting atau malah pecah lantainya? Jangan buru-buru kesel dulu ya… Walaupun pasti rasanya BT banget, cari tau dulu yuk dimana sih letak kesalahannya? Apakah di material atau proses pelaksanaannya? Dalam artikel ini, saya akan bahas beberapa masalah umum pada bangunan dan solusinya.
Meskipun bukan kamu yang akan memperbaiki langsung (kecuali kamu punya skill kayak tukang bangunan, yaa… hihi) menurut saya, penting untuk tau informasi ini supaya nggak mengulangi kesalahan yang sama nantinya. Kamu pun bisa langsung mengawasi kerja tukang karena umumnya ini adalah pekerjaan minor tapi penting, sehingga cukup membutuhkan 1 atau 2 tukang aja untuk memperbaikinya. Pembahasan ini akan saya bagi berdasarkan 3 kategori utama elemen bangunan, yaitu:
1. ATAP
Masalah umum pada atap biasanya kebocoran. Ciri utamanya itu ada tetesan air pas hujan deras yang sebelumnya ditandai dengan adanya bercak hitam pada plafon. Atap sebagai bagian pelindung terluar dari sebuah rumah ini dibedain dari jenis materialnya. Ada dak beton, genteng keramik, genteng beton, genteng tanah liat, asbes dan zinkalum. Pada umumnya kebocoran atap itu karena dua hal, yaitu:
Teknis
Biasanya karena kemiringan atap yang kurang curam dan pemasangan genteng yang kurang baik. Di daerah tropis yang curah hujannya tinggi, minimal kemiringan atap adalah 27 derajat. Kalau sudut kemiringannya kurang dari itu, atap terlalu landai dan air nggak langsung turun melalui talang. Kalau sudah begini, bisa menimbulkan resiko genangan. Selain itu, air juga suka mencari celah sekecil apapun pada atap terutama pada bagian sambungan atau pertemuan material. Area yang paling rawan bocor pada atap adalah bubungan, sambungan tepi (kalau rumahnya menempel dengan rumah tetangga sebelah) dan talang.
Solusinya, bikin sudut atap yang cukup curam dengan pemilihan material genteng yang baik seperti genteng keramik karena memiliki sistem interlocking (sambungan) yang baik. Solusi lain bisa juga nambahin lembaran pelapis anti bocor di bagian bawah genteng.
Cuaca
Atap adalah bagian dari bangunan rumah yang paling terkena paparan cuaca, mulai dari panas matahari sampai air hujan. Perubahan cuaca atau suhu bisa menyebabkan pudarnya warna cat pelindung genteng, keretakan pada lapisan waterproofing (kedap air) di atap dak beton, dan retak rambut pada genteng tanah liat.
Sekuat apapun materialnya, kamu harus tetap merawatnya secara berkala untuk menghindari kerusakan yang bisa mengakibatkan kebocoran. Kamu bisa memperpanjang usia material atap dengan mengecat ulang genteng beton dan menambahkan lapisan waterproofing baru. Lapisan waterproofing ini bisa kamu aplikasikan di dak beton, sambungan tepi, dan area celah yang memungkinkan air masuk.
2. DINDING
Jaman sekarang kayaknya susah ya, dapat dinding yang mulus rata tanpa retak. Meskipun halus, pasti ada aja retaknya. Ini memang masalah umum pada dinding, tapi kalau tidak segera diperbaiki, bisa membuat dindingnya rembes oleh air, terutama kalau lagi musim hujan. Pastinya kondisi ini bakalan mengganggu kenyamanan di dalam rumah. Untuk jenis retakan pada dinding ini juga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Retak struktural
Ciri utamanya, lebar retakan akan lebih dari 2 mm dan tembus sampai sisi dinding di baliknya. Retak strutural ini bisa dibedakan lagi menjadi retak tarik dan retak tekan. Kalau ini sudah terjadi, tandanya rumah kamu butuh penanganan dari ahli seperti kontraktor, bukan cuma tukang. Karena selain diperbaiki, retak struktural umumnya juga memerlukan perkuatan struktur dalam bentuk penebalan atau penambahan struktur.
Beberapa penyebab utama retak struktural adalah adanya pergerakan berupa pergeseran atau penurunan permukaan tanah, getaran gempa ringan, pemadatan tanah yang nggak merata, erosi di bawah pondasi akibat aliran air tanah, dan pembebanan dinding yang nggak merata karena kolom dan balok nggak bekerja secara maksimal. Itulah mengapa harus berkonsultasi dengan ahlinya seperti karena hal ini memengaruhi keamanan struktur rumah dan keselamatan penghuninya.
Solusinya mencari tau terlebih dahulu apakah retak struktural ini retak tarik atau retak tekan. Pada prinsipnya perbaikan berupa perkuatan struktur di balok atau kolom dengan memperbesar dimensi kolom/balok tersebut. Kalau keretakannya gara-gara penurunan muka tanah, sebelum diperbaiki butuh pemadatan tanah dan perkuatan pondasi juga.
Retak non struktural
Untuk tipe ini, umumnya nggak membahayakan tapi kadang mengurangi nilai estetis dari bangunan. Ciri utamanya timbul garis lembut dengan arah yang nggak beraturan. Penyebabnya bisa berupa mutu pasir yang digunakan saat pembangunan kurang baik (misal terlalu banyak lumpur) atau karena komposisi campuran semen dan air yang nggak seimbang. Bisa juga karena pengaplikasian plester yang terlalu tebal atau belum mengering tapi sudah melakukan proses pengacian dan pengecatan. Retak juga kadang muncul di sudut kusen dan roster, karena proses muai dan susut antar material dinding dan kusen yang berbeda. Retakan berbentuk celah kecil berukuran di bawah 0.6 mm masih bisa ditambal dengan wall filler.
Selain retak rambut, salah satu kerusakan pada dinding yang lumayan bikin sebel juga cat yang mengelupas atau menggelembung padahal udah pakai cat yang berkualitas baik. Hal ini biasanya karena kondisi dinding yang lembap, karena rembesan air yang masuk melalui celah pori-pori dinding bagian luar yang nggak diplester, tidak diaci dan tidak diberi lapisan kedap air.
Untuk menghemat budget kebanyakan orang Indonesia lebih memilih dinding bagian dalam rumah diplester, diaci, dan dicat tapi bagian luarnya dibiarkan terekspos. Padahal justru dinding bagian luar lah yang paling terekspos paparan sinar matahari dan hujan. Kalau dibiarkan tanpa perlindungan, dindingnya bakalan lembap dan cat sebagus apapun kualitasnya tetap nggak akan melekat dengan baik.
Solusi perbaikannya adalah cek kondisi dinding luarnya dulu, pastikan sudah diplester, diaci, dan dilapisi cat kedap air agar saat dinding bagian dalam rumah dicat ulang, hasil yang didapat bakalan lebih bagus dan tahan lama.
3. LANTAI
Nah, ini bagian bangunan yang jarang mengalami kerusakan. Material lantai yang umum digunakan itu keramik, tegel, keramik homogenous, marmer, parket, dan yang lagi populer sekarang adalah lantai semen ekspos. Coba kita lihat beberapa kendala yang umum terjadi untuk beberapa material penutup lantai.
Semen Ekspos
Umumnya kita menggunakan plesteran dan acian semen instan (semen putih) untuk dapat tampilan lantai abu-abu natural. Tapi kalau diaplikasikan tanpa coating dan hardener, material ini sangat rawan retak dan pecah. Nggak heran sih, karena lantai kan menanggung beban yang cukup berat yaitu beban hidup (manusia) dan beban mati (furnitur dan barang-barang).
Harganya yang lebih murah dari keramik dan tampilannya yang berkesan natural jadi salah satu alasan orang memilih lantai dengan material acian semen. Tapi kalau kamu memilih material ini, harus bisa menerima juga retak halusnya karena lantai ini hampir nggak mungkin nggak retak. Lantai acian semen kadang dipilih juga sebagai finishing sementara sebelum menggunakan parket atau vinyl.
Epoxy
Kalau kamu ingin tampilan lantai abu-abu ala acian semen tapi ingin lebih kuat, mungkin bisa mempertimbangkan memakai lantai epoxy. Epoxy adalah campuran dua komponen yang terdiri dari resin sebagai lapisan dasarnya dan polymed sebagai hardener-nya. Umumnya diaplikasikan pada permukaan beton atau plesteran yang sudah diberi kawat ayam. Keunggulan material ini adalah tampilan lantainya yang bisa mulus merata tanpa nat, tahan terhadap zat kimia, dan tahan terhadap tekanan beban berat atau keras. Sekarang ini lantai epoxy banyak digunakan di rumah sakit, hotel, basement, gudang bersih, pertokoan dan pabrik-pabrik. Kalau kamu perhatikan lantai area Market Hall di IKEA, mereka juga memakai lapisan epoxy untuk penutup lantainya.
Lantai epoxy ini jadi rekomendasi saya kalau kamu pengen tampilan lantai yang mulus rata tanpa nat dan minim retakan. Harganya bervarisi mulai dari 60 ribu rupiah permeter persegi. Tapi kamu harus menghubungi jasa aplikator khusus yang menyediakan jasa lantai epoxy.
Parket
Parket ini adalah lantai kayu yang dibedakan menjadi 2 jenis yaitu parket berbahan dasar kayu solid dan kayu sintetis. Hal yang dapat menimbulkan masalah pada parket adalah serangan rayap dan kelembapan tinggi karena berbahan dasar kayu. Kalau sudah kena rayap, harus disemprot dengan obat pembasmi rayap. Jika memungkinkan hindari penggunaan parket di lantai dasar atau yang dekat dengan tanah. Sebenarnya masih memungkinkan, tapi sebelum pemasangan sebaiknya aplikasikan obat pembasmi rayap untuk mencegah serangan rayap dikemudian hari.
Lantai yang lembap adalah musuh utama untuk pelapis lantai berbahan dasar kayu. Kelembapan bisa membuat lantai kayu jadi menggelembung dan lepas sambungannya. Penyebabnya bisa dikarenakan air tanah yg naik atau kurangnya urukan pasir di bawah plesteran lantai jadi nggak benar-benar kering. Minimnya sirkulasi udara dan pencahayaan alami juga penyebab rumah dan lantai menjadi lembab, sehingga kalo ingin pasang parket, usahakan di ruangan yang sirkulasi udara dan pencahayaan alaminya yang bagus ya, biasanya ruangan dengan jendela-jendela besar.
Keramik
Nah, kalau jenis material lantai ini banyak banget digunakan khususnya untuk bangunan rumah tinggal. Gampang didapat, tersedia dalam berbagai macam ukuran, corak, motif dan warna, serta mudah dalam perawatannya menjadi alasan banyak orang memilih material ini. Masalah umum yang terjadi pada lantai keramik adalah pecah atau popping up. Umumnya terjadi di atas lantai pelat beton karena perbedaan muai susut material atau bisa juga karena adukan semen dan pasir yang kurang seimbang serta pengerjaan yang kurang teliti sehingga terdapat rongga udara.
Untuk mencegah hal ini, saat pengerjaan di atas pelat beton bisa juga ditambahkan lapisan pasir sebelum adukan semen dan keramik untuk menghindari perbedaan muai susut. Menggunakan keramik berkualitas baik dan tukang yang berkompeten juga salah satu cara untuk menghindari pecahnya keramik.
Ternyata lumayan panjang ya, penjelasan saya tentang masalah umum pada bangunan! Semoga bermanfaat untuk kamu dan kalau ada yang mau ditanyakan boleh banget lho ditulis di kolom komentar… Happy renovating!
*Ilustrasi oleh Evelyn Gasman. Lulusan desain komunikasi visual. Ketertarikan tinggi pada seni rupa, branding, desain produk maupun interior. Sering menghabiskan hari-harinya di kedai kopi miliknya, KROMA. Anda bisa membaca kegiatan sehari-hari KROMA di buku hariannya.
Foto:
1. Feature Image
Lovely Nest Nyanya + Ing
2. Penggunaan Atap Bitumen dan Genteng Keramik
Dendy & Darman Studio
3. Dinding Mengelupas
Rumah Rahne Putri
4. Penggunaan Lantai Semen Ekspos
House in a Flat, London Home, Sao Paulo Apartment, Defoe Road
5. Penggunaan Lantai Epoxy
Sao Paulo Apartment
6. Penggunaan Lantai Parket
Lovely Nest Atit + Riza
7. Penggunaan Lantai Keramik
Lovely Nest Yanuar + Pepy
NO COMMENT