Ketika menyebut nama Marie Kondo atau KonMari, teman-teman di sekitar saya yang sudah familiar dengan nama ini biasanya langsung komentar kalau wanita asal Jepang ini sudah berjasa banget. Marie Kondo mengenalkan metode merapikan rumah atau ruangan dengan pendekatan yang berbeda. Bukunya, ‘the life-changing magic of tidying up“, cukup fenomenal di dunia home & living sejak awal tahun lalu. Dua bulan terakhir ini saya mulai membaca buku  ini, dan sekarang saya ingin berbagi poin apa saja sih yang saya dapatkan dari sana.

Sebelum kamu meneruskan membaca post ini, perlu diingat kalau “aliran” KonMari ini ada yang pro dan ada yang kontra. Ya, sama aja lah kayak kita melihat Ibu Martha Stewart. Ada yang kagum, tapi ada juga yang justru jadi terintimidasi. Namun, siapapun orangnya dan kontennya. Kita ambil baiknya dan disesuaikan dengan kita saja (lho, kok jadi serius?).

Awalnya saya tahu buku ini dari timeline Facebook. Salah satu teman saya, Mas Reza Gunawan, berbagi tautan tentang dashyatnya si KonMari ini. Sejak itu saya jadi kepikiran. Sempat mau beli pas liat bukunya di Periplus, tapi mengurungkan niat karena masih banyak hutang menyelesaikan bacaan dan belum siap untuk beresin rumah. Akhirnya sekitar bulan November, saya mulai tuh googling dan nonton YouTube KonMari saat mengisi di Talks at Google. Videonya lebih dari 40 menit. Tapi pencerahan sekali buat saya! Akhirnya tanpa ragu pun saya beli bukunya dan sejujurnya saat membaca buku itu saya kayak ditampar beberapa kali.

Jadi, KonMari menawarkan metode mengatur isi rumah dengan pendekatan yang berbeda dan cenderung ekstrim buat sebagian orang. Ada juga teman yang berkomentar kalau metode KonMari itu “Zen” sekali. Jadi saya asumsikan kalau kamu sudah cukup familiar dengan cara hidup tersebut, kemungkinan besar sih kamu akan tertarik mengikuti buku ini.

Konsep merapikan dalam pandangan KonMari bukan sekadar merapikan secara fisik. Jadi, di buku ini kita nggak langsung dibombardir dengan bagaimana mengelompokkan barang seperti di artikel atau buku tentang merapikan rumah lainnya. Tapi justru diajak untuk refleksi sejenak dan bertanya ke diri sendiri. Apa sih tujuan kita dalam merapikan rumah/kamar? Pernah nggak sih kita benar-benar punya gambaran seperti apa kondisi rumah yang kamu inginkan? Saat pulang ke rumah, apa sih aktivitas idealmu? Apa kamu tipe orang yang justru merasa nyaman dengan ruangan yang berantakan? Kenapa sih kita perlu merapikan ruangan kita (kalau selama ini dengan kondisi kayak kapal pecah aja rasanya baik-baik aja)? Semua dijelaskan di buku ini. Jadi, siap jleb-jleb-jleb. Kalau sudah selesai bagian refleksi ini, baru deh kita diajak melangkah ke awal proses merapikan.

life-marie-kondo-method-livingloving-2 life-marie-kondo-method-livingloving-1

Dalam merapikan rumah atau ruang, ada beberapa poin KonMari yang menurut saya menarik buat dibagi di sini.

  • Visualisasikan tujuanmu

Pikirkan situasi yang benar-benar detail tentang bagaimana rasanya hidup di tempat yang bersih dan apik. Bayangkan aktivitas apa saja yang akan kamu lakukan di sana dan perasaan seperti apa yang akan kamu dapatkan. Pemikiran yang jernih tentang ini akan membantu kita dalam memilih barang apa yang ingin kita pertahankan.

  • Proses merapikan ini cukup dilakukan sekali namun harus menyeluruh

Jangan melakukan proses merapikan rumah/ruang setengah-setengah. Namun bukan artinya kamu harus punya target merapikan dalam tiga hari penuh, ya. Beberapa klien KonMari melakukan proses merapikan ini dalam kurun beberapa bulan kok. Yang penting pastikan setiap langkah dilakukan.

  • Rapikan berdasarkan jenis barang

Ini jleb banget dan menjawab misteri kenapa ya saya nggak pernah bisa konsisten menjaga rumah dalam keadaan rapi. KonMari menyarankan urutan yang dimulai dari pakaian dan diakhiri dengan barang bernilai sentimental. Kenapa susunannya seperti ini tentu ada penjelasannya. Kamu pernah nggak berhenti di tengah jalannya proses merapikan kamar karena menemukan barang secara emosional membekas? Bisa buku favorit waktu kecil, kado pemberian seseorang yang dekat, dsb. Nah, KonMari membuat urutan dari jenis barang yang kemungkinan emotional attachment-nya paling sedikit dulu, supaya “hati” kita nih terlatih ketika sampai pada tahap menyortir barang yang agak sentimental. ;)

  1. Pakaian
  2. Buku
  3. Kertas/dokumen
  4. Lain-lain
  5. Kenangan
  • Hanya simpan barang yang membuatmu senang

Ada berapa banyak pakaian atau barang kita yang berakhir hanya dipakai 1-2 kali saja karena nggak cocok dengan karakter kita? These things don’t spark joy. Di luar barang yang sifatnya kebutuhan, pilih dengan baik barang apa saja yang benar-benar kita sukai. Bahkan saat menyortir, KonMari meminta kita untuk menyentuh dan “merasakan” barang satu per satu. Buat sebagian orang, mungkin cara ini agak berlebihan. Tapi di sisi lain, metode ini sebenarnya mengajarkan kita untuk lebih sensitif dan belajar membuat prioritas, juga menghargai barang yang kita miliki.

  • Jangan merapikan untuk orang lain

Ketika kita sibuk ingin merapikan ruangan orang lain, kemungkinan justru diri kita yang sebenarnya perlu “dibereskan”. Jadi, semua harus mulai dari diri sendiri. Jangan memaksa orang lain untuk mengikuti kita. Buat yang punya anak balita, KonMari sih membolehkan kita menyortir dan merapikan barang anak kita.

  • Jangan jadikan rumah orangtua sebagai gudang

Pastikan barang-barang yang sudah kita sisihkan benar-benar tersalur ke orang lain atau didonasikan. Jangan memindahkan masalah dengan mengirim barang-barang yang nggak dipakai atau yang belum kita relakan ke rumah orangtua atau memberikannya kepada saudara atau teman. Karena belum tentu mereka menginginkannya, dan akhirnya kita membuatnya merasa bersalah karena harus menyimpan barang yang nggak benar-benar disukai.

Gimana? Kalau kamu niat merapikan rumah atau ruanganmu, dan kamu yakin kamu bisa mengikuti poin-poin tadi. Kemungkinan besar sih kamu udah siap nih untuk ngikutin metodenya KonMari.

Nah, pembahasan mengenai metode KonMari ini tampaknya akan panjang banget. Jadi, saya memutuskan untuk membaginya dalam beberapa post. Ini post yang pertama. Di post berikutnya nanti, saya akan berbagi pengalaman saya merapikan pakaian di awal Januari ini. Saya yang koleksi pakaiannya nggak banyak ini berhasil mengeluarkan 4 kantong besar, lho! And it felt really really good. 

Kamu sendiri sudah baca atau mempraktekkan KonMari? Cerita dong gimana opini kamu dan apakah metode ini cocok buat kamu. Buat teman-teman yang belum membaca, kira-kira tertarik nggak kalau saya membahas metode ini lebih jauh lagi? :)

Have a nice weekend, folks!

xx

ps: Mulai Januari 2018 kami berkolaborasi dengan teman kami, Atit dan Puty lewat artikel bulanan Organizing Series. Atit menjelaskan tentang bagaimana mengatur barang-barang di rumah supaya lebih rapi dan efisien, sementara Puty melengkapi dengan ilustrasinya.

Suka menulis dan hobi menggambar rumah serta denahnya sejak kecil. Nike membuat Living Loving untuk mengembalikan dan mengembangkan kecintaannya akan menulis dan minatnya akan rumah, dekorasi dan desain. Mulai membuat website dan blog sendiri sejak 2000, mengkoleksi dan berbagi cerita selalu jadi bagian penting dalam hidupnya.

Comments

  • Tiananda

    Wah, pembahasan ini menarik banget! Dulu aku mengenal konsep minimalist living, intinya juga hanya menyimpan sedikit barang yang dibutuhkan. Tapi entah kenapa clutters tetep numpuk di rumah =_=” ditunggu seri artikel berikutnya yaaa Living Loving :D

    • Nike Prima

      Halo Tia, iya sebenarnya ini tampaknya sejalan dengan konsep minimalist living. :D OK, bulan ini aku akan post bagian kedua. ;)

  • Erlina Ayu

    Menarik banget. Teritama bagian barang sentimentil…duh, ini emang paling susah nyortirnya.

  • yudhi puspa tia

    menarik! ayo nike tulis terus ya :)

    • Nike Prima

      siap-siap abis ini ya. ini rumahku sedang diperbaiki skala besar jadi belum bisa foto progress langkah pertama. :))

  • nia

    Aku malah hobi buang barang kadang sampe dimarahin krn suka asal. Padahal dulu aku orang berantakan banget sampe sekitar SMA. Pokonya I can only keep 6 items on top of my desk, lebih dari itu, pasti ga ada gunanya krn cuman buat hiasan. Gotta keep things balanced antara hiasan dan fungsi. Okeee, saatnya beli buku itu. Berapaan ya kalau di toko?

  • rani triningtyas

    Hai mba nike..
    Waaah pas banget karena penasaran sama mba nike prima (liat web kamu dari info acaranya difa oral health center), jadi mau baca lanjutan review kamu dengan metode konmari. Ini baru mau beresin rumah yang tertunda lamanya. Mau ke next level beli kasur buat anak pertama sedangkan rumahnya minimalis barangnya banyak (ada beberapa kontainer isi perlengkapan baking dan bahan kue hahaha ini paling sentimentil kayaknya). Belum mulai2 nih rapih2innya karena bingung mau buang barang yang mana ya..
    Goodluck sukses ya mba nike..dapet bacaan seru ke depannya nih..
    Salam :)

    • Nike Prima

      hai mba rani. salam kenal, yaa. yuk yuk beresin rumah. yg baking paling akhir aja deh biar udah “terlatih” menyortirnya. haha. good luck, mba.

  • Lilik Wulaningtyas

    Hai! Aku juga pernah baca mengenai Konmari tapi baru tergerak beli bukunya kemaren hahaha… Itu pun karena temen lagi nyoba metodenya dan pas liat sekeliling, kok ya berantakan banget yaa ini. Akhirnya kepikiran, mau ikutan nyoba ah kayak temenku ini.

    Btw pas udah sortir pakaian, pakaian kami dikemanain ya?soalnya tadi aku baca jangan dikasihkan ke saudara takut numpuk disana. Thx ?

  • Syadah

    Dan sepertinya ini juga masuk dalam kategori Lagom, baru bgt baca buku lagom ini yg versi not to little not to much karya Lola. Dan ketemu artikel ini karna nyari arti kata “konmari”, ternyata konmari nama orang. Aku pikir ini juga istilah kayak “lagom”. Penyakitnya kalo cewek tuh banyak perintilan yg kadang dibeli cuma karna love @ the 1st sight. Tapi abis itu udah ngk dipake. Dan alhasil menumpuk nunpuk cuma jadi pajangan. Kalo di lagom ditulis ” kalo dalam kurun waktu 6bulan-1tahun baju yg kita punya ngk dipake. Ada kemungkinan 1tahun kedepanpun ngk akan dipake juga”. Makanya di lagom ( org swedia) bajunya itu warna warna monocrom, earth. Lebih longlasting.
    Dan aku ngerasa bener bgt. Maklum wanita pengennya punya koleksi lemari kayak toko zara pindah kerumah.

    Jadi pengen baca buku konmari ini( tapi masih banyak PR buku yg lain belom diabisin). Thankyou mbak nike buat artikelnya. ❤️

  • Iqbal

    Saya sepakat bahwa ada yang pro dan kontra pada ‘aliran’ KonMari ini dan bahwa kita ambil yang baiknya dan sesuaikan dengan kita saja.

    Meski Marie Kondo di bukunya bilang jangan memodifikasi begitu saja metodenya karena menurutnya itulah yang paling efektif, tetapi yang saya alami bukunya itu worked justru karena saya memodifikasinya apa yang disampaikannya. Contohnya saya tak pernah ambil pusing dengan bagaimana melipat baju, karena tak punya waktu dan energi yg cukup untuk itu. Tapi soal membuang, saya melakukannya se-“ekstrem” yang ada di buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: