READING

AIRBNB SINGAPORE: DANISH DESIGN SHOPHOUSE

AIRBNB SINGAPORE: DANISH DESIGN SHOPHOUSE

Salah satu hal menarik dari Singapura adalah perpaduan berbagai budaya di dalamnya terutama budaya Melayu, China, dan India. Selain terlihat pada ragam kesenian, perpaduan budaya ini juga tercermin dari arsitektur bangunan di berbagai penjuru kota, termasuk penginapan baik itu hotel maupun jenis Airbnb.

Saat berencana liburan berdua Nike ke Singapura, saya lalu mulai browsing beberapa Airbnb dan hotel yang menarik. Jujur sewaktu mencari tempat menginap kemarin, hal utama yang saya lihat itu: desain interiornya! Hehe.. Alasannya karena memang ingin suasana yang lebih fresh dan biar pengalaman menginapnya lebih berkesan. Plus gemes aja lihat ruangan dengan interior yang menarik, rasanya bikin penasaran dan pastinya, layaknya anak kekinian, cakep juga buat tempat foto-foto. (Hayoo siapa yang juga sering milih tempat menginap berdasarkan tingkat Instagrammablenya? ;D )

Setelah berjam-jam larut dalam keseruan milih-milih diseling berkhayal, saya mengajukan 3 pilihan tempat ke Nike: satu hotel dengan interior minimalis hitam-putih, satu airbnb dengan desain ala Kinfolk, dan satu airbnb dengan desain gaya Danish. Saya sendiri sebenarnya memang paling suka dengan yang Danish Shophouse, ternyata Nike pun sama! Biar sesekali geng Living Loving lebih berwarna gituh. Dan ibarat jargon andalan salah satu tempat pizza: Airbnb ini adalah pilihan yang tepat sekali, kakak! Kunci dapat airbnb yang tepat adalah membaca dengan seksama keterangan di halaman unit masing-masing, juga review para tamu yang pernah menginap di situ. Beberapa waktu lalu, Nike juga pernah berbagi tips cermat memilih airbnb.

Airbnb rental yang kami pilih kali ini berlokasi di Petain Road. Kira-kira 5-10 menit jalan kaki ke Little India atau Mustafa Center. Menempati shophouse alias ruko yang dibangun tahun 1920-an. Bangunannya sudah termasuk bangunan bersejarah jadi tampak mukanya tetap mempertahankan tampilan asli bergaya Chinese Baroque. Jadi kolom atau pilar-pilar bergaya Eropa berpadu dengan keramik dinding bergaya Peranakan, cantik sekali hasilnya. Tapi begitu masuk ke dalam, tampilannya sudah direnovasi jadi jauh lebih modern. Lobi yang ditata dengan gaya tropis dan lemari yang mengingatkan saya pada furnitur jadul di rumah Aki (Kakek) saya dulu. Di tengah ada kolam dengan patung kuda besar lalu di belakang ada meja makan komunal dan dapur yang bisa dipakai kalau mau memasak yang lebih serius.

Untuk naik ke kamar, kami menaiki tangga baja warna putih di tengah ruangan. Untung saja kamar kami berlokasi di lantai 2 jadi hanya sebentar naik tangga bawa-bawa koper. Lumayan juga kalau dapat di ruangan teratas, tangga ke atasnya panjaaaaang sekali. Penginapan ini terdiri dari 5 kamar dengan ukuran ruangan dan tema dekorasi yang berbeda-beda. Selain kamar yang kami tempati, ada juga kamar dengan desain ruangan bergaya tropis, hingga Moroccan. Shu, pemilik airbnb yang ternyata sudah dapat predikat superhost, memiliki beberapa unit lain di area Shophouse yang sama. Ada juga kamar yang merupakan unit duplex 2 lantai.

Airbnb ini menerapkan sistem self check-in mulai dari jam 2 siang. Segala info sudah diberitahukan melalui e-mail oleh Shu, sejak beberapa hari sebelum kami datang. Lumayan panjang e-mailnya tapi sangat detail dan informatif. Mulai dari house rules, info cara mencapai lokasi, hingga rekomendasi tempat makan terdekat. Kemarin kebetulan saya dan Nike datang pagi-pagi sebelum jam check-in. jadi kami hanya menitip koper lalu keluar jalan-jalan dan baru kembali ke rumah malam harinya. Tinggal ambil kunci yang sudah disiapkan lalu langsung naik ke kamar. Trus gemes berdua malem-malem begitu melihat langsung interior kamarnya. Nih fotonya..

Ruangannya luas banget! Begitu buka pintu langsung disambut meja kecil dan kursi untuk duduk-duduk, lounge chair bahan kulit, sofa suede hijau daun dan coffee table dengan karpet bulu-bulu putih. Pokoknya bisa banget jadi settingan shooting Mad Men. Di kanan ada 1 tempat tidur besar (queen size, I think?) dan satu single bed yang ngumpet di balik dinding. Di sebelah tempat tidur ada kulkas merah gaya retro dan meja rias kayu model jengki. Jalan ke ujung ruangan, ada pantry kecil dilengkapi microwave dan kompor elektrik. Di kanannya ada kamar mandi dengan bath tub berdinding dan berlantai marmer yang dibatasi pintu kaca buram.

Beda dari hotel biasa, di tempat Shu tidak ada saluran TV kabel. Hanya memasang Netflix saja. But then again, selama 3 hari 2 malam kami menginap, kami lebih sering berada di luar dan hanya sempat menonton TV sebentar di hari pertama..itupun berakhir dengan ketiduran. Kebetulan matras+bantalnya nyaman banget. Ditambah suhu udara yang adem, jadi kadang kami hanya menyalakan kipas angin di tengah ruangan dan tidak perlu AC. Ga heran kan kalau jadi gampang ketiduran? Hihi..

Dari segi lokasi, area Petain ini cukup menyenangkan suasananya karena di seberangnya ada taman luas lengkap dengan playground untuk anak. Daerahnya nggak di pusat keramaian tapi masih gampang kalau mau kemana-mana. Stasiun MRT terdekat adalah Ferrer Park Station (jalan kaki sekitar 7 menit) dan Lavender Station (jalan kaki sekitar 15 menit). Walau kemarin kami lebih sering naik bis (dari Jalan Besar, Serangoon Road, atau Lavender Street). Jaraknya juga cuma 2 blok dari Tyrwhitt Road yang banyak cafe dan minimarket.

Kalau memang niat untuk mencari tempat menginap yang lebih tenang dan santai tapi cukup strategis, apartemen di Shophouse Enclave milik Shu bisa jadi salah satu alternatifnya. Kalau untuk keluarga, harus diperhatikan detail peraturan rumahnya karena ada ketentuan jam tenang mulai dari jam 9 malam sampai 9 pagi. Jadi misalkan baru sampai di luar jam itu dan harus geret-geret koper beroda ada baiknya mungkin diangkat. Kalau memang mau menginap membawa bayi atau anak, ada baiknya ditanyakan dulu ke host apakah ada ketentuan batasan umur untuk tamu penginapan atau tidak. Tapi kalau menurut kami sih kurang cocok kalau untuk anak yang masih kecil dan lansia karena harus naik turun tangga.

Secara keseluruhan, it’s a good value for money. Kalau di-kurs memang tidak murah. tapi penginapan di Singapura memang mahal-mahal, yakan? Tapi airbnb ini cukup signifikan bedanya kalau dibandingkan dengan beberapa hotel yang range harganya mirip-mirip.  Jadi senang sekali dapat ruangan yang jauh lebih besar dengan fasilitas dalam kamar yang lebih lengkap.

Untuk info lokasi dan tarif airbnbnya bisa dicek di page Danish Shophouse karena tarifnya tergantung tanggal menginap. Waktu kami menginap kebetulan sedang ada promo. Kalau mau lihat pilihan tema kamar lainnya bisa cek di listing airbnb rental milik Shu, atau bisa lihat akun Instagramnya di @theshophouseenclave. Kalau masih penasaran sama bagian dalam apartemen yang kami tempati, biar lebih jelas, sila cek video berikut ini.


img

Penyuka craft yang lebih senang dapat voucher toko buku dibanding voucher baju. Ibu satu putri yang akrab dipanggil Mamir ini selalu sibuk cari inspirasi dekor atau palet warna di internet sambil menyantap segala macam penganan yang ada di studio Living Loving. Kamu bisa menyapa Mamir di akun Instagram-nya (@mamiraz) atau mengontaknya di miranti (at) livingloving (dot) net

RELATED POST

  1. Bagus banget luar airbnb-nya, dalamnya lucu dan nyaman :D

    • Iya, di unit yang kami tempati, buat saya sih kasurnya+bantalnya nyaman sekali :)

  2. A N A

    17 May

    Bagus banget tempatnya. Akhirnya melihat dengan jelas lanjutan live waktu itu hehehe. Warnya, furniturenya, detailnya, duhh cakep.
    Langsung dicatet semoga berjodoh nginep.
    Thank you for sharing buibu manis ?

    • Kamar lainnya juga cakep-cakep, Mba Ana. Cocokla buat jadi tempat istirahat setelah muter-muter beli benang di Spotlight ;D

  3. […] AIRBNB SINGAPORE: DANISH DESIGN SHOPHOUSE […]

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By using this form you agree with the storage and handling of your data by this website.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: