Sebagai art director, Angie Halim melewati berbagai tantangan dalam setiap persiapan sebelum mengambil gambar film. Secara garis besar, tugas Angie adalah memberikan arahan artistik untuk penataan set atau tempat pengambilan gambar dalam proses syuting film. Dapat membayangkan sebuah skema penataan area set film berdasarkan karakter yang terdapat di dalam skenario menjadi hal yang seru banget untuknya. Belum lagi proses pencarian properti dan perintilan untuk melengkapi set film yang sedang digarap. Setiap prosesnya sangat dinikmati karena film-making selalu menjadi mimpinya sedari kecil.
Sejak kapan kamu menekuni bidang ini?
Awal sekali terlibat produksi pembuatan film adalah di tahun pertama berkuliah di IKJ, saat itu kami sering membantu sukarela pembuatan film Tugas Karya Akhir (TKA) para senior. Ini adalah kesempatan belajar yang terbaik dan tidak merugikan waktu kuliah karena umumnya mereka shooting di studio kampus. Lalu seiring berjalannya waktu, saya mulai memberanikan diri untuk bekerja sebagai kru artistik (art crew) pada sinetron, kemudian video clip, hingga film layar lebar.
Bisa diceritakan awal mula kamu terjun di dunia film sebagai art director?
Setelah bekerja pada guru yang sama selama 10 tahun, Pak Eros Eflin, saya mendapat tawaran mengerjakan sebuah film komersil garapan mas Hanung Bramantyo (Hijab, diproduksi tahun 2014). Mulanya saya tidak yakin, karena hanya pernah menjadi art director untuk film-film indie saja. Setelah ngobrol dengan mas Hanung dan ternyata cerita dan settingnya perempuan banget, tetapi bisa eksplor banyak karakter juga, saya memberanikan diri untuk mengambil bagian dalam film itu.
Bagaimana tahapan dalam proses kreatif kamu? Mulai dari mengeksekusi ide hingga bekerja sama dengan tim…
Awalnya tentu saya harus benar-benar memahami jalan cerita dalam skenario dulu, dari situ biasanya ide-ide kreatif muncul begitu saja di kepala kita. Misalnya, suka muncul gambaran tentang kamar tidur si A atau setting pesta si B, setelah selesai membaca skenario dan berandai-andai.
Kemudian saya akan minta di brief oleh director, seperti apa ide dari mereka, kemudian menyatukannya dengan ide saya. Tahapan berikutnya masih banyak, biasanya director akan minta mood board dari saya. Kemudian ketika persiapan sudah berjalan tim saya akan melakukan hunting properti, belanja, hingga tiba harinya kita harus set-up lokasi film tersebut menjelang pengambilan gambar dimulai.
Apa yang menjadi ciri khas kamu dalam men-direct suatu proyek?
Saya nggak yakin kalau saya mempunyai ciri khas, tetapi beberapa orang yang melihat saya dari awal karir mengatakan saya sesungguhnya punya ciri dalam palet warna yang saya gunakan. Saya senang memasukkan banyak unsur warna dalam set saya, warna pastel atau candy colour seperti kamar karakter Milea di dalam film Dilan 1990 di bawah ini…
Apa saja pertimbangan kamu dalam memilih barang-barang untuk pendukung suatu set?
Yang pasti harus sesuai dengan karakter si empunya ruang dan masih selaras dengan palet warna yang sudah ditentukan.
Jika sedang menggarap iklan, bagaimana kamu membuat tampilan komersial yang menarik dan menjaga konsistensi merek?
Kalau di bidang iklan, terus terang saya belum merasakan eksplorasi yang besar. Semua sudah ada panduannya, seperti hanya 50 persen saja yang berasal dari kreatifitas saya. Sisanya sudah ada panduan mutlak dari klien dan agensi. Cara membuatnya menarik, ya dibuat seperti kemauan mereka saja. Apakah harus clean, stylish, edgy, atau terkesan kumuh.
Apa hal yang paling disukai dari pekerjaan kamu?
Dibayar untuk melakukan hal yang memang ambisi saya sedari kecil, yaitu menjadi film-maker. Selain itu juga bisa bertemu film-maker yang berbeda-beda di setiap proyek, mendapatkan suasana dan teman-teman baru.
Apa hal yang paling menantang dari pekerjaan kamu?
Tentu saja hal yang paling menantang ketika kita membuat set untuk film periodik. Kita harus teliti supaya penonton nggak kecewa melihat hasil yang tidak realistis. Tantangan lainnya adalah ketika saya bekerja bersama director dan sinematografer yang pengalamannya jauh di atas saya, saya merasa dituntut untuk memenuhi standar mereka.
Apa pencapaian terbesarmu saat menekuni bidang ini?
Mungkin dari sebelas film baru satu yang benar-benar menjadi film box office, yaitu Dilan 1990. Walau film tersebut bukan laku karena art directing nya, tetapi saya cukup berbangga hati bahwa film itu bisa diterima oleh banyak penonton.
Dari semua proyek yang pernah kamu kerjakan, mana yang paling berkesan atau menjadi favorit kamu?
Setiap proyek berkesan dan sangat berbeda-beda. Di Sagarmatha (2010) saya bersama sembilan orang teman lainnya melakukan road trip India-Nepal sambil shooting film. Di Hijab-nya mas Hanung saya merasa melakukan eksplorasi besar-besaran. Dilan 1990 adalah film periodik pertama saya. Satu Hari Nanti adalah proyek film ke luar negeri (Switzerland) yang juga menantang efisiensi dan kecerdikan sistem kerja saya. Di Gila Lu Ndro yang akan tayang tahun ini, saya belajar banyak hal juga dan tim nya seru banget. Sejauh ini, kelima film itu seru banget proses pembuatannya…
Apa kegiatan favoritmu saat sedang tidak bekerja?
Seringnya saya di rumah nonton film online, sehari bisa 3 sampai 4 film… Favorit saya film Hollywood dan Bollywood, dan kebanyakan diantaranya merupakan genre drama… Di luar itu, kadang traveling juga.
Apa kamu punya art director favorit? Mengapa kamu mengagumi dia?
Untuk di Indonesia saya masih kagum sama guru saya sendiri, pak Eros (atau yang dikenal sebagai Kapsore). Dia kalau membuat set walaupun membangun dan mengisi dari nol, nggak akan terlihat artifisial dan hasilnya natural sekali.
Kalau untuk yang berasal dari luar negeri saya suka Aline Bonetto (Amelie), William Chang (In The Mood For Love), Adam Stockhausen (The Grand Budapest Hotel, The Darjeeling Limited).
Bisa berbagi saran dan tips khusus untuk mereka yang ingin memulai mendalami bidang ini?
Mengikuti workshop film, atau berkuliah di jurusan film bisa menjadi pondasi yang baik. Karena biar bagaimanapun langkah awal adalah pemahaman teori dulu, baru terjun ke lapangan. Jika merasa pengetahuan dasar tentang film-making sudah cukup, bisa mulai mencari pekerjaan atau magang ke produksi film yang ada. Ingat, tidak ada yang instan dalam dunia film, jadi memang apapun bidangnya harus memulai dari bawah sekali, hehehe.
Adakah quote dari seseorang atau lagu maupun buku yang kamu pegang untuk menjalani hidup?
Yang selalu saya terapkan pada diri saya, saya nggak mau mencoba gaya yang digunakan orang lain, apalagi sampai dibilang karyanya mirip film tertentu. Mencoba menjadi diri sendiri aja, stay true to yourself.
Terima kasih Angie sudah berbagi soal passion kamu di bidang art directing, dan juga ngingetin kita kalau nggak ada proses instan di dalam berkarir. Semuanya harus siap untuk memulai dari bawah dan belajar banyak untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Semoga karirmu semakin sukses dan kami bisa melihat lebih banyak lagi settingan film yang kamu garap!
*semua foto merupakan milik Angie. Proyek-proyek yang ditampilkan merupakan penataan film Dilan 1990, I Am Hope, Pulang Pulang Ganteng, dan Satu Hari Nanti.
NO COMMENT