Minggu lalu sebenarnya minggu yang sangat padat buat saya dan suami. Tapi, di antara kehebohan pekerjaan itu, kami justru memutuskan untuk pergi berdua saja di luar Jakarta. Keputusan yang biasanya hadir setelah menimbang banyak hal. Kenapa?
Saya dan suami, mungkin lebih tepatnya saya sih, bukan orang yang bisa dengan mudah mutusin untuk meninggalkan anak lebh dari semalam. Jangankan semalam, beberapa jam saja kalau tujuannya nggak signifikan banget aja cukup bikin saya lebih sering memilih buat nggak melakukannya. Selama menjalankan Living Loving, saya punya hari masuk kerja tiga hari seminggu. Dua hari kerja lainnya saya bekerja dari rumah sambil mengurus urusan rumah yang sulit dilakukan di weekend, atau sekadar “nafas” di rumah karena biasanya weekend kan juga diisi dengan bekerja.
Begitu juga dengan suami. Jadwalnya sepadat kereta api pas rush hour. Mungkin buat para istri yang suaminya kerja di dunia periklanan atau produksi ngerti banget ya soal ini. Hari dan jam kerja pun nggak boleh kaku. Artinya, saya justru suka kaget kalau Baba sampai rumah sebelum jam 10 malam, dan saya suka bolak-balik nanya “Kamu beneran nggak ada meeting atau apapun?” juga kalau dia nggak kerja sama sekali pas weekend karena sudah sangat kuat terpatri di otak saya kalau weekend bukan milik berdua atau keluarga saja, tapi bisa jadi milik…klien. Hahaha. Nah, kalau sudah weekend..terus Baba kebetulan kosong, eh sayanya yang padat karena ada workshop. Sedih, ya?
Makanya, minggu lalu meski jadwal kami berdua sebenarnya “jungkir balik” karena ada pekerjaan di luar kota. Dia shooting di Bali di hari Jumat, sementara saya workshop di Bandung di Sabtu siang. Sabtu sore saya langsung terbang ke Bali untuk menyusulnya dan kami menghabiskan dua malam di sana. Tanpa itinerary selain nonton Dashboard Confessional di Soundrenaline *ketauan generasinya, ya?*. Tepuk tangan buat saya, dong..soalnya biasanya saya gelisah banget deh kalau nggak pake rencana. Hahaha.
Liburan singkat seperti ini adalah sesuatu yang mewah buat kami. Kayaknya pertama dan terakhir kami liburan berdua saja itu sekitar tiga tahun lalu saat Kira masih dua tahun. Buat saya, ini momen penting karena meski lokasi studio Living Loving berada di kantor Baba, bukan berarti kami bisa dengan mudahnya punya quality time berdua.
Jadi apa sih kesimpulan dari cerita saya minggu ini? Kesimpulannya adalah dalam pernikahan itu ternyata banyak sekali yang perlu disesuaikan dan diusahakan. Sifat pekerjaan kami yang cukup dinamis membuat kami berdua menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Buat orang lain yang biasa dengan pola kerja “9 to 5”, bekerja di weekend dan pulang setelah jam 8 malam mungkin terlihat membingungkan. Tapi sejak awal ya kami harus terbiasa dengan pola tersebut.
Namun, bukan berarti biasa lalu jadi dibiarkan begitu saja. Karena jadwal sehari-hari yang padat ini bisa bikin komunikasi jadi berkurang sekali. Kalau pasangan lain mungkin lebih banyak waktu untuk ngobrol saat makan malam hingga menjelang tidur, kami justru lebih bisa melakukannya di pagi hari, dan itu pun nggak tentu. Makanya harus selalu jaga pola komunikasi dan nyiapin waktu khusus buat berdua. Kenapa harus berdua? Karena biasanya kalau sudah ada anak di tengah, pasti perannya lebih jadi orangtua.
Setelah punya anak, biasanya kita secara nggak sadar lebih sering menjalankan peran sebagai orangtua. Pembicaraan pun biasanya nggak jauh-jauh dari anak. Topik dan kegiatan yang sering dilakukan sebelum punya anak pun semakin terlupakan. Padahal kalau kita benar-benar mengusahakannya, pasti masih bisa dijalankan. Sesimpel nonton bioskop, nyobain resto atau warung baru, atau nikmatin serial TV favorit di rumah. Kalau sama anak…yang ada mah nonton Peppa Pig atau My Little Pony. Hahaha.
Nah, karena saya dan suami senengnya film dan musik. Jadi kegiatan berdua pun nggak jauh dari itu. Kalau ada film yang menarik, kami curi waktu buat nonton di bioskop. Nggak sering, kok. 2-3 bulan sekali cukup. Sayangnya, untuk urusan nonton konser musik itu agak tricky. Rata-rata kalau gig itu kan baru mulai jam 9 malam. Jadi susah deh buat kami untuk datang karena pulangnya pasti malam banget padahal cuma nonton 1 band yang durasinya nggak nyampe satu jam. Yang ada jadi gelisah karena takut kemalaman jemput Kira yang dititipin di rumah orang saya.
Akhirnya, kegiatan nonton konser itu justru lebih bisa dilakukan kalau kami sekalian keluar kota. Kami lebih leluasa dan nggak perlu waswas kalau jam pertunjukannya molor. Meskipuuun…acara pergi berdua begini ya nggak bisa sering-sering, sih. Mungkin bisa dirutinkan nanti kalau Kira lebih besar.
Kebiasaan ini sebenarnya saya contek dari kakak saya dan istrinya. Sejak anak baru satu hingga sekarang ini dengan 3 anak, mereka cukup sering meluangkan waktu untuk pergi berdua. Sekadar makan berdua atau nonton bioskop. Kalau ada momen spesial kayak perayaan hari pernikahan, mereka “ngabur” sebentar ke Bandung atau Bali. Entah kenapa saya yakin, quality time seperti itu bikin hubungan mereka jadi tetap hangat. Bayangin deh kalau misalnya kita sudah begitu terbiasa ngejalanin peran sebagai orangtua saja..lalu saat anak-anak sudah mulai besar dan punya kehidupannya sendiri, kita sudah keburu lupa menjalankan peran sebagai suami/istri. Mungkin saya mikirnya terlalu jauh, ya. Tapi saya selalu ingat kalimat yang cukup sering disebutkan Ibu saya, “Bahkan yang namanya cinta saja perlu dipelihara.”
Setiap pasangan pasti punya cara memelihara yang berbeda. Tapi tujuannya kurang lebih sama, supaya tetap rukun bersama hingga akhir hayat. Amin.
Kalau kamu gimana? Kayak apa sih bentuk “date night” atau short getaway kamu dengan pasangan?
Diar
16 September
Baca ini perasaan jadi campur aduk. Semenjak melahirkan anak kedua (yang sekarang sudah berusia 3 tahun), saya gak pernah lagi nge-date berdua aja sama suami. Yes, THAT long (baru nyadar sendiri).
Selama ini cuma antara pergi keluar berempat, atau kadang salah seorang dari kami hangout sama anak-anak, atau masing-masing kami bareng satu anak. Phew… Semua ini harus dibenahi lagi. Terima kasih untuk inspirasinya, Mbak Nike.
Nike Prima
19 September
Hihihi mungkin setiap orang berbeda ya, Mba. Aku dan suami merasa butuh waktu berdua karena jadwal kami padat dan nggak teratur seperti banyak pasangan lain. Semoga kita semua bisa saling menginspirasi ya, Mba. :*
Erny Kurnia
18 September
Mbak nike, kamu so mini di samping Baba hihi. Cute! Semoga nanti kalau aku sudah bersuami bisa nyontek tips ini
Nike Prima
19 September
Hahaha, padahal aku sama sekali nggak petite..memang nih Baba tingginya 190cm. Meski tinggiku 165cm, tetap aja bedanya 25cm sendiri. :)))
arninta puspitasari
18 September
ini wishlist aku banget stelah berhasil menyapih garda minggu lalu, semoga tercapai yaaaa! hihihi
Nike Prima
19 September
amiiin. semoga segera tercapai, Ninta. :*
Lili
19 September
Halo mba, aku seneng banget baca blog ini terutama yg bagian travel nya selalu fresh dan unique, jadi selalu bikin penasasaran dan ingin tahu lebih mengenai tempat tersebut. Semoga terus bisa jalan-jalan dan memeberi inspirasi terus ya mba, oya sama gak keberatan ini mba nike stay di mana ya, villa nya eye catching hahaha, jadi ingin kesana juga, maaf kalo kepo…