Pasti kalian semua pernah merasakan keluar dari zona nyaman? Mungkin untuk yang suka ikut berpindah-pindah kota atau negara karena pekerjaan orang tua, atau saat memutuskan untuk kuliah di kota yang berbeda dengan yang kalian tempati selama bertahun-tahun? Itu yang pertama dirasakan oleh Rara Pradnya Nindita saat menginjakkan kaki di Jepang. Selalu memimpikan tinggal di negara yang inovasinya nggak pernah abis-abis, tapi juga nggak melupakan tradisi yang sudah ditanamkan secara turun-temurun. Menurutnya, Jepang nyaris sempurna dalam hal tersebut.

Menetap di Tokyo, Rara menemukan banyak sekali hal-hal menarik diantara lautan manusia dan bangunan-bangunannya. Nggak hanya studinya yang meninggalkan kesan, tapi juga pengalaman kerja dengan semua kesempatannya bertemu dengan orang-orang ternama di negara tersebut. Seseru apa kesehariannya di Tokyo? Let’s read more

Ceritakan dong tentang tempat tinggal dan keseharianmu di Jepang…
Saya sekarang berdomisili di Jepang. Tepatnya di daerah Shinkoiwa, Tokyo. Sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke Tokyo, saya sempat tinggal di Kanagawa dan Chiba. Kalau boleh jujur, saya kurang suka Tokyo yang notabene adalah kota besar dengan kesibukannya yang terlalu overwhelming bagi saya yang sangat laid back at heart. Akan tetapi karena kebutuhan untuk bepergian hampir selama 1,5 jam dengan keadaan kereta penuh sesak ke kantor setiap hari membuat saya memutuskan untuk pindah ke dalam Tokyo. 

Seperti halnya kota-kota besar pada umumnya, Tokyo penuh sesak dengan bangunan dan manusia. Khususnya di daerah kantor saya, Shinagawa, yang mana adalah salah satu pusat perkantoran, gedung-gedung dan lautan manusia dengan pakaian formalnya sudah jadi ciri khas tersendiri. Tokyo bagi saya seperti toko serba-ada, where you can get anything you need and want, as long as you know where to find it. Banyak tempat yang bisa memfasilitasi kebutuhan dan hobi para penduduknya. Mulai dari kebutuhan material sampai spriritual, modern maupun traditional, yang normal sampai yang tidak biasa, you name it! Karena itu dan hal-hal lainnya, saya selalu merasa bahwa Tokyo adalah sebuah paradox.

Sekarang ini, saya adalah salah satu pemilik dan full-time worker dari agensi travel premium bernama Japan Private Tour. Selain itu saya juga terdaftar di talent agency di Jepang. Jadi, selain kantoran, saya ada kegiatan model dan talent juga. Walaupun saya ke Jepang awal mulanya untuk menempuh pendidikan master di bidang tekstil, saya sebisa mungkin jauh-jauh dari bekerja sebagai desainer di perusahaan desain. Karena saya ada masalah nggak bisa disuruh-suruh sama orang dalam mendesain hehehe, jadi kegiatan ini saya lakukan sendirian saja tanpa tekanan bos maupun klien. Saya ada sebuah area berukuran kecil di rumah di mana saya bisa melakukan hand-printing dan dye-ing. Sekarang saya juga sedang menyiapkan launching brand saya, RAYORA.

Apa sih 5 hal yang kamu sukai dari tempat tinggalmu dan lingkungan sekitarnya? 
-Aman dan orang-orangnya yang jujur
Tingkat kriminalitas di Jepang, bahkan di ibu kotanya sekalipun sangatlah rendah dibanding negara lain di seluruh dunia. Saya merasa sangat aman sekali hidup di sini, apalagi sebagai seorang wanita. Bahkan di malam hari, pulang malam ataupun sekadar ke toko 24 jam di jam 2 pagi selalu bisa terlewati tanpa perlu deg-degan atau berhati-hati berlebihan. Selain itu, kejujuran masyarakatnya membuat Jepang menjadi surga bagi saya yang super teledor. Mungkin sudah ada lebih dari 5 kali handphone atau tas saya jatuh atau ketinggalan di tempat umum. Semua selalu balik, antara ditemukan orang lalu dibawa ke kantor polisi atau dibiarkan di tempat jatuh/tertinggal.

-Pedestrian dan transportasi umum yang super nyaman.
Karena beberapa alasan, saya tidak bisa dan tidak mau nyetir mobil pribadi. Sehingga waktu tinggal di Indonesia pun (jaman pra-gojek) saya kemana-mana naik angkutan umum atau jalan kaki, yang mana saya akui tidak nyaman. Disini angkutan umumnya (kereta dan bus) bagus secara kualitas dan kuantitas. Pedestrian juga luas, bersih dan bikin betah jalan kaki kemana-mana.

-Orang-orangnya yang cuek dan aturan berkomunikasi yang sudah ada pakemnya.
Mungkin bagi sebagian orang, hal ini adalah hal yang mereka benci dari Jepang, khususnya Tokyo. Tapi bagi saya, cueknya masyarakat Jepang adalah salah satu faktor yang membuat saya hidup nyaman di sini. Tidak dilihatin atau diomongin kalau pergi kemana-mana maupun makan di restoran sendiri. Tidak perlu pusing harus ngobrol apa dengan orang lain atau rekan bisnis karena sudah ada pakem “basa-basi” yang tinggal diikuti saja. Poin ini mungkin memang tergantung personalitas ya… jadi sangat subjektif.

-Makanan.
Enak-enak semua! Walaupun nggak ada yang ngalahin nasi padang atau nasi+pete+sambal+ikan asin, hehehe…

-Hal-hal modern dan tradisional eksis dan dihargai secara bersamaan.
Ini adalah salah satu yang membuat saya tertarik dengan Jepang jauh sebelum saya datang untuk tinggal di sini. Dari dulu selalu bermimpi akan tempat dimana orang-orangnya semangat menyongsong masa depan dengan segala inovasi-inovasi dan pengetahuan baru tapi tidak melupakan tradisinya. Dan Jepang adalah sebuah negara yang mendekati kata sempurna bagi saya dalam hal ini.

Kalau kegiatan yang paling kamu sukai atau tempat yang sering kamu kunjungi di waktu luang atau di akhir pekan apa saja?
Jujur saja, saya jarang keluar rumah di akhir pekan atau waktu luang. Pekerjaan saya di perusahaan travel ataupun reporter dan model justru mengharuskan saya untuk jalan-jalan. Realitanya bagi saya jadi terbalik, jalan-jalan adalah pekerjaan dan waktu luang berarti tidur atau nonton drama di rumah.

3 hal yang menurutmu unik tentang Jepang…
-Ide-ide gila, terutama di industri kreatif.
Japanese people are weird, mostly in a good way. Karya-karya para seniman, desainer atau bahkan ide-ide orang awam sekalipun sangatlahJepang banget” dan unik. Banyak karya seperti iklan, komik, film, drama, fesyen dan lain sebagainya yang dengan hanya sekali melihat kita langsung tahu bahwa yang membuatnya adalah orang Jepang. Super creative and unique!

-Kebiasaan mengucapkan “sumimasen” (maaf) instead of “arigatou gozaimasu” (terima kasih) ketika ditolong.
Ketika pertama kali sampai sini dan mencoba keras untuk memperhatikan segala kebiasaan orang Jepang, saya menyadari hampir semua mengucapkan maaf ketika ditolong, bukannya terima kasih. Contoh kecilnya adalah kalau kamu menahan pintu untuk orang di belakangmu agar mereka bisa masuk setelah kamu, maka orang tersebut bukannya berterima kasih tapi akan minta maaf.

Ternyata, logikanya bagi mereka adalah untuk menolong mereka, orang lain harus bersusah-susah sehingga mereka minta maaf atas kesusahan tersebut. Hal kecil ini menurut saya membuktikan bahwa Jepang secara tradisi dan kebiasaan adalah negara yang orang-orangnya sangat mementingkan perasaan orang lain dibanding diri sendiri.

-Bahasa.
Sebagai orang Indonesia, saya merasa dimanja dengan fleksibilitas bahasa Indonesia. Lain halnya dengan bahasa Jepang yang penuh dengan aturan, grammar yang salah sedikit saja maka nuansa dan perasaan yang disampaikan akan berbeda atau bahkan jadi tidak sopan. Keharusan untuk menggunakan a whole different vocabulary bergantung kepada siapa kami bicara dan lain-lainnya membuat bahasa Jepang sangat unik bagi saya.

Apa makanan khas di Jepang yang paling kamu sukai dan harus kami coba kalau berkunjung kesana? 
Ankimo! Ankimo itu adalah livernya monkfish (atau dikenal juga sebagai frogfish) yang mana biasanya hanya dijual saat musim dingin. Teksturnya lembut seperti hati pada umumnya tapi lebih buttery dan enak! Ankimo juga dikenal di dunia barat dengan nama Japanese Foie Gras. Biasanya dijual di restoran-restoran sushi saat musim dingin dan dimakan dalam bentuk nigiri sushi maupun sashimi dengan ponzu.

Apa hal yang paling menantang saat kamu pertama kali menginjakkan kaki di Jepang? 
Saya ke Jepang tanpa bekal bahasa Jepang yang memadai dan memilih untuk tidak ikut sekolah bahasa Jepang dulu. Padahal universitas saya semua menggunakan bahasa Jepang. Karena saya datang dengan beasiswa, saya menyadari bahwa pilihan menolak sekolah bahasa Jepang adalah keputusan super salah ketika semua sudah terlambat karena program sudah dimulai…

Hal yang paling menantang dan sempat bikin depresi adalah ketidak-mampuan saya untuk membuat para dosen saya mengerti tentang konsep riset dan karya saya. Padahal bidang saya adalah desain yang mana semuanya masalah konsep, konsep, konsep baru praktek. Ketika saya S1 di ITB, saya dimanja dengan para tukang-tukang yang selalu punya andil besar dalam pembuatan karya saya. Tidak banyak fasilitas mesin tesktil di ITB, yang membuat saya tidak tahu apa-apa tentang mesin tekstil.

Sedangkan di Tama Art University ini para mahasiswa harus melakukan semuanya sendiri dengan fasilitas mesin yang super memadai. Bahkan untuk menjalankan mesin-mesin tersebut saya kewalahan karena semua penjelasan dalam bahasa Jepang. Saya melihat riset dan karya teman-teman lain yang berjalan mulus dan keren-keren. Sedangkan saya stuck di kendala bahasa.

Di tengah perasaan bersalah dan stress yang melanda, saya akhirnya bertekad untuk belajar bahasa Jepang sendiri. Saya memberanikan diri untuk mendekati mahasiswa lainnya, ngobrol ala kadarnya, tanya sana-sini menahan rasa gengsi dan malu. Sampai akhirnya saya lumayan menguasai dan hari-hari pun terasa lebih mudah.

Apa cara kamu mengobati rasa kangenmu dengan kampung halamanmu sendiri?
Masak dan makan masakan Indonesia, berkumpul dengan teman-teman dari Indonesia, bercanda dengan jokes receh ala Indonesia, dan tentunya Whatsapp-an dengan keluarga.

Apa hal yang paling berkesan yang pernah kamu alami selama tinggal di Jepang? 
Bertemu dengan tokoh-tokoh yang saya kagumi dan juga tokoh lainnya yang mungkin orang lain kagumi. Sepertinya tidak mungkin akan saya temui apabila saya tidak tinggal dan mengerjakan apa yang sekarang saya kerjakan di Jepang. Yang paling berkesan adalah berkesempatan untuk bertemu dengan Hayao Miyazaki (Ghibli) dan Toshio Suzuki. Kemudian berkesempatan bekerja bersama untuk acara TV yang mana saya menjadi reporternya.

Selain dua orang hebat tadi, saya juga berkesempatan bekerja bersama beberapa selebritis Jepang sebagai model video klip (Exile dan Sandaime J-Soul Brothers), pemeran drama (bersama Junpei Misobata) maupun narasumber acara TV (bersama Dewi Fujin Soekarno, Degawa, dan lain-lain).

Apakah di Jepang ada hidden gem favoritmu yang jarang dikunjungi turis? 
Niijima!!! Sebagai anak tropis sebenarnya saya lebih memilih pantai daripada gunung. Sayangnya pantai bagus ala negara tropis yang paling terkenal keindahannya di Jepang adalah pantai di Okinawa, yang mana lumayan jauh dan mahal kalau dari Tokyo. Sampai akhirnya saya menemukan Niijima (dan beberapa pulau sekitarnya yang juga indah tapi tidak seunik Niijima).

Niijima adalah sebuah pulau yang tidak terlalu besar yang bisa dicapai dengan ferry dari Tokyo selama sekitar 7 jam. Pulau ini dikelilingi lautan biru dengan pasir putih, jarang penduduk, tidak ada hotel sehingga perlu berkemah disana, onsen terbuka dengan arsitektur ala Greece, dan patung-patung totem super random di jalanannya. Pokoknya unik banget!

Secara historis, pulau ini merupakan tempat para tahanan politik dan kriminal lainnya diasingkan pada jaman dulu. Masih tersisa juga kuburan tempat mereka dimakamkan setelah menghabiskan sisa hidupnya di pulau terpencil ini. Yang paling unik adalah, walaupun karakteristik Niijima sangat bertolak belakang dari Tokyo yang kita kenal, Niijima masih termasuk dalam Prefektur Tokyo.

Kalau mau menikmati pemandangan alam, menurutmu spot yang terbaik ada dimana? 
Hokkaido. Hokkaido bisa dibilang untamed dan wild, sangat luas dengan banyak sekali pilihan tempat wisata alam yang bisa dikunjungi di musim apapun.

Kalau ada teman yang berkunjung, suka kamu bawa jalan-jalan kemana saja dan kenapa? 
Kalau teman yang berkunjung dan hanya di dalam Tokyo biasanya saya rekomendasikan Shimokitazawa. Tempatnya unik, artsy dan anak muda banget. Banyak thrift store, live house, toko-toko desain, kafe lucu dan suasanya santai banget!

Untuk para tamu Japan Private Tour, biasanya saya paling sering merekomendasikan Kyoto, terutama kalau tidak bisa terlalu lama berada di Jepang. Dengan ke Kyoto, banyak tempat yang bisa memenuhi kebutuhan turis. Mulai dari kuil-kuil, kota lama, budaya, pemandangan alam sampai kebutuhan belanja.

Menurutmu kapan sih saat yang tepat untuk berlibur ke Jepang? 
Musim semi dan musim gugur. Di dua musim ini, cuaca tidak terlalu dingin dan menurut saya pribadi lebih indah dibandingkan musim lainnya. Sakura di musim semi dan daun-daun berwarna kuning-oranye-merah yang tidak kalah cantiknya di musim gugur.

Dimana saja destinasi favorit kamu untuk berlibur di Jepang?
Niijima, Hokkaido, Chiba dan Kyoto.

Much thanks, Rara! Sudah berbagi cerita keseharianmu di Tokyo dan segala macam keunikan yang bisa ditemukan di sana… Untuk kalian yang sedang merencanakan trip atau akan berkunjung ke Tokyo, bisa banget menghubungi Rara untuk tur bersama agensi travel yang ia miliki. We wish you would have as much fun as Rara!

Ibu satu anak yang suka mempercantik rumah. Sebelumnya bekerja sebagai desainer interior di IKEA. Sangat suka menulis dan menonton film yang realistis, dan penggemar berat karya-karya Woody Allen. Kamu bisa menyapa April lewat editorial (at) livingloving (dot) net

Comment

  • adynura

    one of my dream is going to japan, di musim semi untuk sakura, musim gugur untuk daun oranye dan musim dingin untuk saljunyaa….yes, a year will be enough, right?heheheh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: