
Siap ber-konmari lagi? Buat yang sudah membaca blogpost Konmari Method Part 1 mungkin sudah tau kalau mulai tahun ini saya menerapkan metode mengatur rumah seperti buku ‘the life-changing magic of tidying-up’. Nah, kali ini saya mau berbagi tentang gimana saya mempraktekkan metode tersebut untuk mengatur pakaian. Click ‘read more’ to get the whole story and pictures.
Iya, harusnya saya menulis part 2 ini di bulan Februari atau Maret. Eh, malah telat banget dan baru nongol di bulan Mei. Bahkan, buku kedua Konmari saja sudah terbit (ilustrasi: tatapan laser dari orang-orang). Jadi begini, kan rumah kami sempat diperbaiki besar-besaran sepanjang Februari-Maret. Jadwalnya molor pula dari yang seharusnya sebulan jadi dua bulan, dan kami mengungsi di rumah orangtua. Jadi nggak apa-apa ya kalau saya baru share sekarang.
Jadi saya baru melewati bulan ketiga menerapkan metode Konmari. Sebenarnya saya sudah melakukan penyortiran dan pengaturan pakaian, buku dan kertas/dokumen. Namun kali ini saya hanya cerita bagian pakaian saja, karena bagian ini yang cukup krusial dan tricky. Kenapa tricky? karena pakaian bagian penting dalam keseharian kita, dan biasanya nih rasa keterikatan kita dengan pakaian lumayan besar jadi kadang sulit bagi kita untuk move on dengan pakaian-pakaian ini. Akhirnya pakaian menumpuk, padahal (biasanya lagi nih) yang kita pakai ya itu-itu lagi.
Jadi, kalau kamu juga berniat merapikan rumah, mulai lah dari pakaian. Saya sendiri sudah melakukannya bulan Januari lalu. Saya mengeluarkan semua pakaian saya yang ada di rumah. Yes, yang ada di rumah, bukan yang ada di lemari kamu aja. Kemudian saya tumpuk semuanya di satu spot, dan saya pegang satu per satu untuk kemudian diputuskan mana yang akan saya pertahankan dan mana yang harus keluar.
1. Choose what you want to keep
Dalam menyortir pakaian, dan barang-barang lain nantinya, prinsipnya adalah memilih pakaian yang kita benar-benar suka. Kalau kata Konmari, choose the clothes that spark joy. Tapi kalau cara ini terlalu abstrak buat kamu, ya bisa dengan cara praktis dengan bertanya pada diri sendiri. Kamu suka pakaian ini? Kapan terakhir kamu memakainya? Kamu benar-benar suka pakaian ini? Jadi nggak perlu sekaku itu sampai kamu hanya memilih baju-baju yang benar-benar kamu pakai dan membuang yang jarang meski kamu suka sekali. You still can keep your that gold sequin dress or your wedding kebaya, if you really really like them and you want to keep them as good memories.
2. Maksimalkan melipat
Teknik melipat yang tepat adalah solusi untuk menghemat tempat. Sebelumnya saya menumpuk semua kaos saya di lemari pakaian. Drawer hanya untuk pakaian dalam, handuk, sprei dan kaos kaki. Sekarang saya memaksimalkan drawer juga untuk menyimpan kaos dan tank top. Ternyata memang memudahkan sekali, lho. Kita bisa melihat semua kaos yang kita miliki, berbeda dengan lemari di mana kita cuma bisa melihat jelas kaos yang paling atas.
Selain itu, pakaian juga nggak gampang berantakan. Bayangin deh kalau kita mau mengambil kaos di tumpukan bawah, jadi kita harus mengangkat tumpukan atas dulu supaya kaos yang kita mau bisa ditarik. Rawan berantakan banget, kan? Nah, biasanya akhirnya kita malas dan memilih mengambil baju di tumpukan atas aja lalu akhirnya ya pakai baju yang sama lagi. Nah, itu kenapa melipat kaos dengan tehnik Konmari ini menurut saya sangat membantu.
Cara melipat pakaian ini bisa kamu lihat di situs Ibu keren idola kami, Gwyneth Paltrow, Goop. Di sana sudah ada panduan yang jelas sekali bagaimana cara melipat kaos, sweater, kaos kaki, pakaian dalam dan celana. Kamu juga bisa melihat teknik melipat baju ini di buku terbaru Marie Kondo, Spark Joy. Dia sendiri menyarankan untuk sebisa mungkin melipat semua barang berbahan kain.
Sampai saat ini sih saya sudah melipat empat hal tadi kecuali celana. Jumlah celana dan rok sehari-hari saya masih di bawah 10 buah, jadi saya masih menumpuknya di lemari pakaian. Ini juga karena ruang di drawer saya sudah penuh. Baju-baju berbahan satin, lace dan apapun yang memang sulit dilipat juga tetap saya gantung.
3. Gunakan wadah
Nah, supaya nggak gampang berantakan. Gunakan kotak atau dus yang ukurannya pas untuk jadi wadah. Terutama untuk kaos kaki, pakaian dalam dan topi. Saya sendiri memakai clothes organizer IKEA yang Skubb Series. karena kebetulan saya memang sudah punya dan pakai sejak beberapa tahun lalu. Tapi sebenarnya kotak apapun bisa, kok. Asalkan bersih, nggak gampang lembab, muat di drawer/lemari dan pas dengan barang-barang yang kamu simpan.
Tantangan yang saya alami selama menjalani Konmari ini adalah membiasakan diri melipat dan mengatur. Berhubung saat ini saya sedang menggunakan jasa laundry untuk cuci-setrika pakaian, jadi kan nggak mungkin kalau saya memberi instruksi cara melipat pakaian sesuai yang saya mau. Akhirnya saya harus melipat ulang. Tapi kegiatan melipat ini hanya menghabiskan waktu kurang dari lima belas menit, kok.
Manfaatnya sendiri banyak banget. Pertama, saya jadi lebih peka dalam memilih pakaian. Jadi tahu pakaian kayak gimana sih yang benar-benar saya suka dan nyaman, karena setelah proses menyortir dan mengatur saya jadi mengenali pola saya dalam memilih pakaian. Dari sana saya jadi nggak gampang beli pakaian hanya karena modelnya lucu saja, tapi karena saya tahu saya nyaman memakainya dan akan memadumadankan dengan pakaian yang mana.
Kedua, rutinitas berpakaian saya jadi lebih singkat dan lebih rapi. Saya nggak menghabiskan waktu terlalu lama untuk ngubek pakaian yang ingin saya pakai lagi. Cukup mikir hari ini ada kegiatan apa, lalu pilih pakaian apa yang cocok karena semua pakaian dalam kondisi terlihat. Nggak ada yang nyempil sampai nggak kelihatan.
Kalau mau lihat hasil pengaturan lemari dan drawer saya, sila intip snapchat livinglovingnet. Nah, beberapa minggu lalu Miranti kasih saya link blogpost Capsule Experiment dari Unfancy. Jadi, intinya blogpost tersebut bicara tentang membuat koleksi kapsul pakaian di mana kita hanya boleh memakai 37 items pakaian (atasan, bawahan, outer dan sepatu/sandal) dalam tiga bulan. No shopping whatsoever in three months! Saya suka banget karena selain bisa melatih kita untuk benar-benar sadar dalam membeli pakaian, ini juga sangat sejalan dengan metode Konmari. Ada yang sudah pernah mencoba atau tertarik mencoba? Do let me know, because I’m planning to share my capsule experiment story soon. ;)
Comments
rera
nikeee gue jg lg nyortir buat si capsule experiment tp trnyt sulit menentukan 37 item ikikik
Kalo yg konmari methode pas aku baca bukunya, aku baru sadar ternyata aku udah menerapkan poin” dia dr sejak 2011 ketika pindah rumah dr orangtua ke rmh sndiri brg suami, awalny krn tersadar barang pribadi buat pindahan kok bnyk bgt, dan bertekad mau hidup lbh simple dan rapi mulai dr sejak itu. Termasuk yg cara melipat baju bok, jd emang kykny yg dia paparkan itu sesuai bgt dg habit sehari” dan kebutuhan dasar manusia *amazed*
One thing yg masi gue ga tahan adalah : belanja printilan dekorasi rumah dan aksesoris cewe ?
ayudewif252
huehehe dan yang susah adalah untuk konsisten rapihin lemari spt itu TT
Teguh Suwartono
yuk bikin group tentang konmari di Indonesia. sepertinya banyak yang berminat sharing
Rosa
Mau tanya min, gmna kalo model lemarinya bukan semacam laci? Jadi dalam 1 pintu ukuran sktr 2 meter, ada beberapa sekat2 gitu loh.. Bukankah jadi lebih ribet kalo disusun vertikal? Terimakasih..
Dina
Halo Kak Nike.. Mau nanya dong.. :)
Aku biasanya nyusun pakaian di lemari baju setelah disetrika… ada yg dilipat n ada yg digantung.. untuk pkaian kerja (bahan katun) mostly aku gantung Karna kalo dilipat bakal Ada bekas lipatannya Dan jadinya kurang rapi pas dipake kerja.. Klo mau hilangin bekas lipatannya lagi mesti disetrika lagi.. nah aku lihat metode konmari ini juga pake prinsip melipat pakaian biar hemat tempat penyimpanan.. kadang agak banyak lipatannya biar Bisa muat d drawer.. Apa jadinya ga banyak bekas lipatannya ya Kak? n jadinya mesti disetrika ulng? makasih sebelumnya ya Kak.. :)
nyonyasepatu
cara melipat pakaiannya udah sesuai malahan dengan cara aku tapi…..mesti beli drawer baru deh ini haha