Merombak hunian demi kebutuhan setiap penghuninya jadi salah satu alasan pasangan ini merubah tampilan interior rumahnya. Awalnya satu tingkat, kini menjadi dua untuk memberikan area luas bagi anak-anaknya beraktivitas. Asti Husain, seorang ibu rumah tangga yang senang dengan segala hal yang berhubungan dengan seni rupa, mendesain ulang rumahnya yang berlokasikan di sebuah perumahan tipe cluster di Jakarta Selatan. Dengan luasan tanah sebesar 137 m2 dan bangunan seluas 200 m2, sekarang ini lebih terasa nyaman bagi suami dan kedua anaknya.
Menurutnya, dengan asupan cahaya alami dan sirkulasi udara yang maksimal, rumah yang kecil sekalipun bisa tetap terasa nyaman. Terutama dengan cuaca di Jakarta yang terbilang cukup panas, minimnya sekat di dalam rumah juga membantu membuat ruangan lebih ‘bernapas’ dengan baik. Dengan elemen dan aksesori pendukung lainnya, Asti berbagi tips untuk mengaplikasikan hal-hal tersebut tanpa memberikan efek yang berlebihan.
Berapa lama pembangunan rumahmu dan bagian mana yang paling menarik dari proses pembangunannya?
Pembangunan rumah ini memakan waktu sekitar 10 bulan. Bagian paling menarik dan sebetulnya mengesalkan juga karena saya selalu mengubah desain. Terutama desain kamar anak. Karena waktu itu, tidak memungkinkan lagi untuk meninggikan plafon atas dari segi biaya, maka harus mencari desain yang bisa tahan lama, tidak membuat kamar terasa sempit. Karena nantinya anak-anak akan tidur sendiri-sendiri.
Apa konsep keseluruhan dari rumahmu dan kenapa kamu memilih konsep tersebut?
Kami sekeluarga sempat tinggal beberapa tahun di Kuala Lumpur. Nah, tempat tinggal kami saat itu, memiliki konsep terbuka dan cahaya matahari masuk ke mana-mana. Jadi ketika kami kembali ke tanah air, konsep tersebut kami terapkan di rumah kami. Secara bangunan, konsepnya tropis dan terbuka. Lapang, tidak banyak sekat untuk ruang bawah. Pencahayan alami dan udara mengalir dengan baik. Sehingga rumah menjadi terang dan tidak panas.
Kami memilih konsep bangunan seperti ini karena cocok dengan udara Jakarta yang memang panas. Bisa melakukan beberapa kegiatan sekaligus di ruang bawah. Misalnya memasak tapi bisa ngobrol-ngobrol juga atau nonton TV sambil melihat anak-anak bermain. Untuk konsep interiornya, adalah eklektik dan sedikit bohemian. Karena saya termasuk orang yang suka bereksperimen dengan interior, jadi sepertinya konsep ini pas untuk rumah kami.
Dari mana kamu mendapatkan inspirasi dalam proses mendesain rumah ini?
Inspirasi utama sebetulnya datang dari rumah nenek saya di Bandung. Saya tumbuh besar di sana. Beliau sangat suka mendekor rumah. Secara rutin rumah selalu di cat, kain sofa diganti, sarung-sarung bantal bikinan sendiri dan tanaman atau bunga segar yang selalu ada di rumah. Dan hebatnya semua dilakukan tanpa biaya yang mahal.
Jadi saya ingin punya rumah yang feel atau vibe-nya selalu berubah tapi tetap membuat penghuninya nyaman, senang, dan rindu akan rumah. Setiap sudut rumah memiliki cerita, tidak berlebihan dan punya sentuhan khusus. Suami saya pun kebetulan suka beberes, Rumah ibunya sangat rapi, semua barang selalu pada tempatnya dan tidak berlebihan juga. Beliau biasa memilih bahan kayu jati untuk furnitur di rumah, jadi desainnya selalu klasik.
Ceritakan, dong, apa kesibukanmu dan suami di dalam keseharian kalian?
Suami bekerja di perusahaan multi-nasional di daerah Kuningan, Jakarta. Setiap hari pergi ke kantor. Sedangkan saya ibu rumah tangga yang kebetulan memiliki usaha rumahan di bidang arts and craft, illustrasi, mengajar kelas melukis, dan sesekali mengerjakan desain interior. Kami suka mencoba resep-resep baru yang biasanya dikerjakan saat akhir pekan di rumah. Kadang-kadang anak-anak juga memberikan usulan resep dan masak bersama. Kegiatan arts and craft juga hampir selalu kami lakukan, terutama membuat mainan dan hiasan untuk di rumah.
Sebutkan 3 kata yang sangat mendeskripsikan dirimu…
Dinamis, artsy, dan praktis.
Di mana bagian rumah yang paling kamu sukai dan kenapa?
Untuk sekarang bagian rumah yang paling saya sukai adalah teras belakang. Sudah 5 tahun tinggal di sini tapi belum pernah merasa sukses dalam mendesain teras belakang. Suda berganti gaya beberapa kali tapi belum pas terus. Akhirnya cukup berhasil, tetapi masih kurang pintu belakang. Nabung duluuuu, hehehe…
Di sini tempat kami BBQ-an, tempat saya dan suami ngopi pagi berdua sebelum dia pergi ke kantor. Kebetulan suami saya senang membuat kopi sendiri. Mencoba biji-biji kopi atau sering memakai teknik berbeda-beda dalam pembuatannya, lalu kami nikmati bersama di teras belakang. Tempat anak-anak bikin prakarya selain di ruang kerja dan dapur. Kadang-kadang kami melakukan yoga dan juga sholat magrib berjamaah di area ini, karena udaranya cukup segar.
Dari mana saja kamu mendapatkan furnitur dan dekorasi di dalam rumah ini?
Ada beberapa furnitur peninggalan almarhumah nenek saya yang mempunyai kenangan khusus untuk saya. Selain itu, beberapa furnitur saya dapatkan dari toko-toko di daerah Kemang Timur, IKEA, dan Ciputat. Juga beberapa dari pasar-pasar di kota-kota yang pernah kami kunjungi. Beberapa juga merupakan hadiah dari Ibu, kakak dan sahabat.
Apa saja fitur-fitur yang menarik di dalam rumah ini?
- Dinding hitam yang ada muralnya. Saya gambar dengan kapur tulis. Sebetulnya suamiku nggak suka dinding berwarnakan hitam, tapi saya agak maksa karena penasaran menggambar mural dengan kapur tulis itu seperti apa. Dan maunya satu tembok tapi enggak boleh jadi kompromi deh, hahaha…
- Ilustrasi fesyen dari salah satu seniman favorit saya yaitu Ruben Toledo. Sengaja saya membeli majalah InStyle US selama 12 bulan berturut-turut. Karena saat itu terdapat ilustrasi Ruben Toledo yang sedang bekerja sama dengan Nordstrom dalam membuat iklan. Saya ambil dari majalah itu dan dipigura. Senang sekali rasanya dan masih ada sepuluh ilustrasi lagi yang belum dipigura.
- Dapur hitam yang merupakan kesukaan suami saya. Walaupun saya yang membuat desainnya tetapi konsepnya dari dia.
- Lemari antik peninggalan dari nenek saya. Terlalu banyak kenangan yang bisa bikin saya tersenyum. Dulunya lemari ini merupakan lemari tempat menyimpan kue-kue kering dan peralatan makan milik Enin, panggilan nenek saya, yang cantik-cantik. Jadi saya dan adik saya suka sekali mengambil kue lebaran yang belum waktunya dimakan dari setiap toplesnya. Juga, tempat penyimpanan piring-piring cantik yang rutin dibersihkan dan selalu ada ceritanya dari Enin.
- Kolase di kamar Asha, anak saya yang pertama. Dia pingin sekali punya kolase di dinding kamar mungilnya. Jadi, ada beberapa yang dia cetak, atau kumpulkan gambar-gambar dari majalah, memorabilia dan foto-foto. Dia tempel sendiri satu-satu.
- Hiasan dinding di kamar Moira, anak saya yang kedua, yang dia buat sendiri disesuaikan dengan tema kamarnya yang penuh warna.
Apa, sih, kegiatan favoritmu saat meluangkan waktumu di rumah?
Membaca buku. Walaupun tidak sempat membeli buku baru, tapi saya tetap suka membaca kembali buku-buku yang lama. Membaca buku anak-anak saya juga sangat menyenangkan. Memasak bersama dan mencoba resep-resep baru yang seringnya kurang sukses, hihihi… tapi tetap saja seru. Kadang-kadang saya dan suami gantian memasak masakan utama berdasarkan tema hari itu apa, dan yang lain ikut membantu.
Di akhir pekan, biasanya kami suka menata meja dan masakan yang lain dari biasanya. Supaya seru saja, hehehe… Karena hari berkumpul bersama keluarga selalu istimewa. Membuat prakarya bersama anak-anak juga sering kami lakukan. Tentunya kalau yang pengerjaannya cukup sulit biasanya nggak langsung selesai.
Apakah kamu mempunyai koleksi tertentu di rumah dan kenapa mengoleksi benda-benda tersebut?
Kami suka sekali buku. Tentunya tidak hanya untuk disusun saja, tapi betul-betul dibaca. Karena dari buku itu kita bisa pergi kemana saja, bisa menjadi apa saja, bisa tau banyak sekali tentang kehidupan di dunia. Bisa mendapat pengetahuan macam-macam.
Bagaimana cara kamu mengatasi area untuk penyimpanan apabila kurang memadai?
Yang pasti kami berusaha menerapkan prinsip punya barang secukupnya dan seperlunya. Saya pribadi nggak suka kalau punya terlalu banyak barang. Jadi kalau ingin membeli barang-barang baru, dipastikan dulu kalau itu memang perlu. Kalau ingiiiin sekaliiii, berikan barang yang lama (yang tentunya masih bagus) pada orang lain. Jadi, nggak perlu membeli tempat baru untuk menyimpan barang, tetap menggunakan yang sudah ada.
Bisa juga membeli tempat-tempat penyimpanan yang berfungsi sebagi hiasan rumah seperti keranjang, box dan stoples. Di rumah ini, saya mengunakan tangga sebagai tempat untuk menyimpan buku anak-anak. Saya menyusunnya sesuai dengan warna, sehingga selain mudah dalam mencari, juga indah secara visual dan pasti akan selalu dibersihkan karena tangga selalu disapu.
Di kamar Asha, saya memakai tumpukan koleksi majalah saya sebagai kaki meja. Selain unik, juga berguna. Kami benar-benar mencoba memanfaatkan yang kami miliki.
Boleh berbagi beberapa tips dalam mendekorasi dan menjadikan sebuah ruangan agar terasa nyaman?
- Pilih furnitur utama yang memiliki kualitas yang bagus, kuat dan dengan desain yang bersifat timeless.
- Walaupun yang mengambil keputusan itu kamu, diskusikan terlebih dahulu dengan penghuni rumah yang lain tentang keinginan atau kebutuhan ruangan tersebut.
- Ganti posisi furnitur dan aksesoris secara rutin. Supaya kesan ruangan selalu baru dan segar, tidak membosankan.
- Banyak bermain dengan tekstur yang berbeda.
- Usahakan untuk selalu menyimpan tanaman atau bunga segar walaupun ukurannya kecil.
- Jangan terlalu mengikuti trend, karena belum tentu cocok dengan suasana rumah dan kepribadian kita.
- Jangan takut memadukan warna. Kalau suka sekali dengan warna putih berikan sedikit warna misalnya pada susunan buku, sarung bantal kecil, gelas-gelas atau tanaman.
- Barang yang memiliki nilai sentimental atau karya buatan sendiri juga bisa dipakai untuk menambahkan kesan hangat.
- Pakai aksesoris ruangan secukupnya.
- Usahakan untuk tidak menambah barang dan pakai yang ada. Ganti atau tukar dengan barang dari ruangan yang lain. Misalnya, sarung bantal yang biasa dipakai di ruang keluarga dipindahkan ke ruang tidur. Karpet kamar tidur dipindahkan ke kamar anak.
- Gunakan tempat penyimpanan yang bisa mempercantik ruangan.
Apa rencana-rencana kamu kedepannya untuk kelengkapan desain rumah ini?
Ingin sekali merenovasi kamar mandi di ruang kerja. Selain itu, menambahkan pintu belakang pada area yang menghubungkan teras belakang ke ruang cuci, tapi belum menemukan desain pintu yang cocok.
Di dalam bayanganmu, rumah yang ideal itu seperti apa, sih? Apa hal yang paling penting menurutmu dalam sebuah hunian tinggal?
Rumah yang ideal menurut saya adalah rumah yang penuh cahaya dan udara. Ukuran kecil itu nggak masalah. Memiliki ruang luar yang cukup luas, juga bersih. Tidak terlalu banyak barang. Memiliki tanaman-tanaman. Interiornya mencerminkan kepripadian pemiliknya, tidak perlu selalu mengikuti trend. Dan yang paling penting, rumah yang membuat penghuninya selalu ingin pulang, betah, nyaman, punya berjuta kenangan. Membuat nyaman bagi para tamu, kerabat dan sahabat yang berkunjung.
Banyak insight yang kami dapatkan setelah berkunjung ke rumah pasangan Asti dan Welli ini, salah satunya sistem penyimpanan yang sifatnya terbuka untuk memudahkan saat lagi mencari. Jadi, nggak selalu harus di dalam rak tertutup biar terlihat lebih rapi. Mengingatkan kami akan rumah Astri yang juga menerapkan prinsip buy one, let go of another untuk setiap pembelian barang. Karena dengan menumpuknya barang juga kamu bisa pusing sendiri lihatnya, hehehe… Terimakasih banyak Asti dan Welli untuk waktunya bersama kami!
ORGANIZING SERIES: KITCHEN CABINET – Living Loving – For All Things Lovely
4 June
[…] LOVELY NEST: ASTI + WELLI […]
RENOVATION 101: MENGENAL KONSEP OPEN-PLAN – Living Loving – For All Things Lovely
16 July
[…] LOVELY NEST: ASTI + WELLI […]